TEMPO.CO, Yogyakarta- Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Daerah Istimewa Yogyakarta, Kadarmanta Baskara Aji meminta agar mahasiswa dari luar DIY yang kuliah di DIY tidak tinggal semua di asrama daerah masing-masing. Mereka diminta untuk tinggal di rumah-rumah penduduk.
"Biar mereka tidak eksklusif. Jadi membaur bersama masyarakat. Upaya itu juga untuk mengurangi konflik," kata Baskara saat diminta komentarnyaa berkaitan dengan penembakan yang menimpa empat warga Nusa Tenggara Timur pada 23 Maret lalu saat ditemui di Kepatihan Yogyakarta, Senin 25 Maret 2013.
Baskara mengatakan, konflik sosial yang acapkali muncul di kalangan pendatang karena sifat eksklusifitas tersebut. Padahal tinggal di rumah penduduk merupakan bagian dari sekolah alam."Asrama dipakai mahasiswa baru saja. Biasanya kan, butuh penyesuaian," kata Baskara.
Sejauh ini, Baskara telah melakukan koordinasi dengana kepala sekolah dan rektor perguruan tinggi yang ada di DIY untuk memberikan penjelasan kepada anak didiknya. Penjelasan yang dimaksud berkaitan dengan penembakan empat warga Nusa Tenggara Timur di lembaga pemasyarakatan Cebongan di Sleman pada 23 Maret 2013 dini hari lalu. Penjelasan harus disampaikan dengan arif dan bijak. Baskara berharap tidak ada rentetan atas kejadian itu.
"Lebih baik mahasiswa dan pelajar berperanlah seperti mahasiswa dan pelajar. Membela diri boleh, tapi jangan tersangkut kriminal," kata Baskara.
Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Edy Suandi Hamid menyesalkan insiden penghilangan nyawa tahanan di dalam penjara itu. Insiden itu melanggar Pasal 14 UU Nomor 12 Tahun 1995, bahwa narapidana dijamin haknya atas rasa aman di penjara.
"Keistimewaan DIY sebagai kota pendidikan, pariwisata, dan budaya tercoreng," jata Edy. Selain aparat kepolisian diminta untuk mengusut kasus tersebut, Edy minta agar ada koordinasi harmonis antaraparat penegak hukum agar peristiwa itu tidak terulang lagi.
PITO AGUSTIN RUDIANA