TEMPO.CO, Jakarta - Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono membantah adanya kemiripan strategi antara penyerangan ke Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Yogyakarta, dan perang pasukan TNI. Ia menyatakan, pasukan TNI memang dilatih untuk menjalankan operasi khusus seperti penyelamatan sandera.
Tapi, "(Penyerangan ke LP Cebongan) tidak mirip," kata Agus saat ditemui di Istana Negara, Senin, 25 Maret 2013.
Agus juga menyatakan, hingga saat ini dirinya belum mengetahui hasil penyelidikan yang dilakukan Kepolisian Daerah Yogyakarta. TNI hanya bersikap menunggu karena penyelidikan adalah kewenangan kepolisian. TNI baru akan menanggapi jika memang hasilnya berkaitan dengan TNI atau dimintai bantuan oleh kepolisian.
"Kalau kepolisian menduga ada anggota saya yang terlibat, pasti kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut," kata dia.
Panglima juga belum mau menyimpulkan apakah ada indikasi keterlibatan TNI dalam peristiwa penyerangan tersebut. Dia malah mempersilakan masyarakat untuk berspekulasi. Adapun TNI bersikap menunggu hasil penyelidikan polisi. "Kalau ada kaitan dengan anggota saya, saya akan turunkan tim."
Jumat, 23 Maret 2013, sekelompok orang bersenjata menyerang LP Cebongan, Sleman. Pelaku penyerangan kemudian menembak mati empat tahanan yang terlibat dalam penganiayaan hingga tewas anggota Kopassus TNI AD, Sersan Satu Santoso, di Hugo's Cafe pada 19 Maret 2013.
Kejadian ini berlangsung cepat dan terorganisasi. Penyerangan berawal sekitar pukul 00.15 ketika sekitar 15 orang bersenjata api dan granat memaksa penjaga LP membuka pintu utama dan pintu blok hunian. Penyerangan berakhir sekitar pukul 01.05 ketika para pelaku berhasil menembak empat korban di ruang tahanan blok A nomor 5.
Empat tahanan yang diberondong peluru hingga tewas adalah Hendrik Benyamin Sahetapy alias Diki, Yohanis Juan Manbait alias Juan, Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu alias Adi, dan Adrianus Chandra Galaja alias Dedi.
Pelaku melarikan diri dengan cepat menggunakan dua mobil yang sudah terparkir di halaman depan LP. Selain itu, para pelaku juga merusak dan mengambil rekaman kamera closed-circuit television (CCTV).
FRANSISCO ROSARIANS