TEMPO.CO, Subang - Deretan bangku butut itu berjejer di bawah sebuah balai depan rumah milik Suryaman dan Nina, guru sekolah Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Inayah di Kampung Pangkalan, Desa Tanjung Wangi, Kecamatan Cijambe, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Belasan siswa yang terkena sinar matahari pagi, tampak khusyuk mengerjakan soal-soal Ujian Nasional (UN) pada Rabu, 27 Maret 2013. Pukul 09.00 tepat, bel istirahat ditabuh. Sontak, para murid itu berhamburan keluar. "Asyik istirahat," ujar salah satu peserta UN, Siti Aminah, dengan nada sumringah.
Meski dalam kondisi darurat, Siti mengaku tetap bersemangat mengerjakan semua soal UN. "Kami ingin lulus dengan nilai bagus," ujarnya.
Setamat Madrasah Al-Inayah, Siti berkukuh melanjutkan ke jenjang sekolah pendidikan agama yang lebih tinggi: madrasah tsanawiyah (MTs). Siti dan 13 murid Al-Inayah tinggal menghitung hari belajar di bale rumah milik gurunya yang sangat sederhana tersebut.
Siti mengaku prihatin terhadap nasib balai rumah gurunya yang dijadikan tempat belajar. Puluhan adik kelasnya masih harus menjalani proses belajar-mengajar di tempat itu. "Sebenarnya kami ingin belajar kembali di ruang kelas yang nyaman yang tak terciprat air jika hujan dan tidak gerah jika kepanasan," kata Tajudin, murid kelas VI.
Pengawas UN MI Al-Inayah, Siti Jubaeda, menilai, meski kelas balai itu menghadap area persawahan dan bukit yang indah, belum tentu anak-anak bisa belajar dengan tenang. "Tahun depan enggak boleh lagi ada UN di dalam balai-balai seperti ini," ujar Jubaedah.
Guru kelas VI MI Al-Inayah, Suryaman, mengatakan proses belajar-mengajar di balai rumah berukuran 5 x 6 meter persegi itu sudah berlangsung selama dua bulan terakhir. "Penyebabnya, dua ruang belajar ambrol tergerus tanah longsor," ujar Suryaman.
Kondisi lima ruang kelas lainnya yang tak roboh mengkhawatirkan karena berada persis di bibir jurang. Sejak sekolah mereka rusak, belum ada bantuan apa pun dari Kementerian Agama Subang. "Jika ada longsor lagi, dipastikan ambrol juga," kata Suryaman.
Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Subang Edy Mulyadi mengatakan diperlukan dana Rp 140 juta untuk memperbaiki dua ruang kelas MI Al-Inayah yang sudah ambrol itu. "Kami sudah mengajukannya ke kantor Kanwil Kemenag Jawa Barat dan Kemenag pusat, tapi, sampai sekarang belum terealisasi," ujar Edy.
Jika dana sudah tersedia, ruang belajar MI-Al-Inayah akan direlokasi ke lokasi yang aman. "Konon pihak pemerintah Desa Tanjung Wangi sudah menyiapkan lahan penggantinya," ujar Edy.
NANANG SUTISNA