TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia tetap pada pendiriannya untuk mengganti kereta ekonomi non-pendingin udara (non-AC) menjadi kereta AC. "Bukannya kami ingin meniadakan kelas ekonomi, tetapi kami hanya ingin mengganti kereta yang tidak layak dan membahayakan penumpang menjadi kereta yang handal," kata Kepala Humas PT KAI Mateta Rizalulhaq saat dihubungi, Rabu, 27 Maret 2013.
Mateta menjelaskan, kereta ekonomi non-AC, baik kereta ekonomi jarak jauh maupun kereta rel listrik ekonomi, banyak yang sudah tak layak dioperasikan. Kereta tersebut, menurut dia, terlalu tua dan seringkali rusak sehingga mengganggu operasional kereta api lainnya. Selain itu, kereta ekonomi tua itu juga dianggap tidak layak untuk keselamatan penumpang karena pintu dan jendelanya tidak bisa ditutup rapat.
"Kereta-kereta ini tidak memenuhi standar pelayanan minimum kereta api. Masak iya terus dibiarkan," kata Mateta. Oleh sebab itu, ujarnya, PT KAI berinisiatif mengganti kereta-kereta tua dan tidak layak jalan itu menjadi kereta yang lebih baik.
Terkait sinyal penolakan pemerintah yang menolak rencana tersebut, Mateta mengatakan PT KAI akan tetap pada pendiriannya, yaitu mengganti secara bertahap kereta api ekonomi tua. Ia mengatakan, rencana pergantian kereta ekonomi, yang sudah dimulai sejak 2012 lalu itu, akan tetap berjalan dan selesai pada April mendatang.
"Kecuali pemerintah memiliki solusi lain yang bisa membuat masyarakat mendapatkan pelayanan kereta api ekonomi sesuai dengan standar keselamatan," kata dia. Ia mengatakan pemerintah harus memberikan solusi nyata agar PT KAI bisa mengoperasikan kereta ekonomi non-AC yang beroperasi sesuai SPM perkeretaapian.
Sebelumnya, PT KAI akan mengganti kereta ekonomi non-AC menjadi kereta AC, termasuk kereta rel listrik ekonomi menjadi Commuter Line AC. Pergantian kereta tersebut sudah mulai dilaksanakan pada akhir tahun lalu dan ditargetkan selesai pada 1 Apri mendatang. "Keputusan akhir rencana tersebut akan dibahas siang ini di Kementerian Perhubungan," kata Mateta.
Menurut dia, PT KAI, Kementerian Badan Usaha Milik Negara, dan Kementerian Perhubungan akan membahas solusi yang bisa diambil agar masyarakat menengah ke bawah bisa mengakses kereta kelas ekonomi yang memenuhi standar pelayanan minimum.
RAFIKA AULIA
Terpopuler:
Profil Eyang Subur: Penjahit Jadi Kolektor Kristal
Kejanggalan Sebelum Penyerangan LP Sleman
Begini Tahanan LP Sleman Dipilah Penembak
Ciri Penyerang LP Cebongan Sleman Diketahui
Tahanan Cebongan Sleman Dipaksa Tepuk Tangan