TEMPO.CO, Jakarta - Berolahraga membantu memperkuat kondisi tubuh yang sedang dalam pemulihan, ketika baru saja sembuh dari sakit. Dalam proses pemulihan ini, yang dibutuhkan adalah olahraga rehabilitasi yang akan mengembalikan badan ke kondisi semula, saat sebelum sakit.
“Apa pun penyakitnya, kalau sembuh harus mendapat reahabilitasi,” kata Ketua bidang sport science Komite Olahraga Nasional Indonesia, dokter Zaenal Abidin, kepada Tempo, di ruangan kerjanya di kantor KONI, Senayan, Jakarta, pekan lalu.
Olahraga rehabilitasi dimulai dengan gerakan-gerakan peregangan otot. Peregangan otot ini sebaiknya dilakukan 5-10 menit. Gerakan ini dilakukan selama seminggu, selanjutnya peregangan otot bisa dilakukan selama 15 menit. “Tujuannya agar otot-otot lebih kendur dan rileks,” ujar Zaenal, spesialis kedokteran olahraga ini.
Yang harus diingat, kata Zaenal, prinsip utama peregangan otot adalah tubuh tidak digerakkan, namun ditahan. Penggunaan energi juga maksimal 30 persen dari total kapasitas energi tubuh.
Di samping itu, sistem pernapasan juga harus dilatih kembali. “Misalnya dengan menarik napas dalam lalu dikeluarkan kembali,” ujar Zaenal. Langkah ini bertujuan untuk melatih jatung dan mengatur peredaran darah.
Adapun untuk sakit flu, karena termasuk sakit yang ringan, olahraga rehabilitasi bisa dilakukan dengan langsung berjalan santai dan bersepeda. “Jangan lari dulu,” katanya.
Olahraga yang baik adalah olahraga yang dilakukan di bawah 60 persen kemampuan maksimal tubuh. Itu ditandai dengan kemampuan indera yang masih bisa mendengar suara orang lain ataupun kicauan burung. “Jangan melakukan olahraga hingga terengah-engah,” katanya.
Apabila berolahraga hingga terengah-engah, itu artinya aktivitas tubuh dilakukan ketika oksigen sudah mulai berkurang atau disebut dalam kondisi anaerobik. Kondisi yang demikian akan membentuk asam laktat yang berbahaya.
IQBAL MUHTAROM