TEMPO.CO, Temanggung - Lily Setiawati, 37 tahun, warga Brojolan Barat Temanggung, Jawa Tengah tak menyangka usaha batik alam bermotif hasil pertaniannya kian dilirik oleh masyarakat. Bahkan pelanggannya pun sudah ada di beberapa negara seperti Cina, India, Jerman, dan Arab.
Batik alam yang baru ditekuninya dua tahun belakangan ini memang berawal dari ketidaksengajaan. Lily menceritakan awalnya ia hanya ikut sekolah membatik dengan tujuan bisa mengajarkan ibu-ibu di desanya membatik. Namun, lantaran batik di Temanggung masih minim, akhirnya ia berniat untuk mengembangkan usaha batik sendiri.
Batik alam menjadi pilihan bagi Lily untuk ditekuni. Ia memilih batik alam karena selama ini di Kabupaten Temanggung batik alam belum banyak dikembangkan.
Selain itu, juga karena faktor ramah lingkungan, aman, dan bahan bakunya lebih ekonomis. "Bahan bakunya banyak diambil dari alam, misalnya sisa-sisa kayu mahoni, kayu nangka, daun mangga, daun jambu, pohon duet, dan sebagainya," kata Lily, Kamis, 28 Maret 2013.
Secara otodidak, akhirnya Lily belajar membuat batik alam. Lily sengaja memilih motif hasil pertanian untuk mengangkat ikon Kabupaten Temanggung. Katanya, Temanggung tidak hanya kaya akan tembakau, melainkan juga berbagai macam hasil pertanian.
Untuk membuat batik alam, Lily sering kali memadukan warna-warna dari pohon. Proses pembuatannya pun bisa lebih dari satu minggu, tergantung kerumitan motifnya. Untuk motif-motifnya, Lily banyak bergerak di batik kontemporer.
Lily memberi nama batiknya batik Larastirto. Batik alam buatannya ini terkenal awet karena ternyata dicelup sebanyak 10 kali. Selain itu, juga tidak mudah luntur serta menyerap panas. Meski harga batiknya berkisar Rp 350.000 hingga Rp 4 juta rupiah, batiknya selalu laris diburu pembeli.
"Sayangnya masyarakat Temanggung sendiri masih enggan untuk membeli. Harga batik alam memang mahal. Sering kali saya harus aktif menjelaskan kepada pembeli tentang proses pembuatannya yang memang rumit," kata Lily.
Batik Larastirto saat ini hanya banyak ditemukan di pameran-pameran. Bila ada pembeli yang tertarik, biasanya mereka akan datang sendiri ke rumah Lily di Brojolan Barat No.232 RT 1 RW 1, Kelurahan Temanggung I, Kecamatan Temanggung.
Sementara itu, saat ini Lily tengah merangkul ibu-ibu rumah tangga di tiga desa di wilayah Kecamatan Kaloran, Kowongan, serta Tembarak untuk mengembangkan batik alam.
"Saya ingin mengembangkan batik alam dengan khas motif hasil pertanian dari masing-masing kecamatan di Temanggung. Harapannya bisa turut menjadi ikon pariwisata di Temanggung," katanya. Rencananya pula, batik Larastirto ini akan diusahakan untuk mendapat hak paten.
OLIVIA LEWI PRAMESTI