TEMPO.CO, Bangkok - Thailand bersiap-siap untuk mengevakuasi warganya dari Korea Selatan ke Jepang jika sewaktu-waktu perang meletus. Menteri Tenaga Kerja Pademchai Sasomsap menginstruksikan duta besarnya di Seoul untuk merencanakan evakuasi cepat bagi seluruh warganya di Korsel. Perintah tersebut disampaikan setelah Korut mendeklarasikan perang terhadap Korsel, Sabtu pekan lalu.
“Rencana darurat termasuk mendirikan tempat penampungan sementara seperti di Busan serta jadwal penerbangan dan kapal untuk mengangkut warga Thailand, yang sebagian besar pekerja kontraktor, ke Jepang jika permusuhan meledak,” kata Pademchai seperti dikutip situs berita The Nation, Minggu.
Sementara Indonesia hingga kini masih mengamati perkembangan dan belum punya rencana evakuasi seperti Thailand. “Belum saat ini, terus ikuti perkembangan,” kata juru bicara Kemenlu RI Michael Tene dalam pesan pendeknya kepada Tempo.
Dunia menanggapi dengan serius ancaman Korut yang menyatakan akan menyerang pangkalan militer AS di Pasifik, seperti Guam, Hawaii. Surat kabar pemerintah Korut, Rodong Shinmun bahkan mempublikasi foto pemimpin mereka Kim Jong Un bersama pemimpin militer. Disebutkan Korut akan berperang habis-habisan menggunakan senjata nuklir, dengan sasaran San Diego, Washington D.C., Hawaii dan kemungkinan Austin, Texas.
Namun, para pakar militer skeptis pada kemampuan Korut mewujudkan ancamannya. Uji coba rudal paling sukses Korut adalah Taepodong-2 yang jatuh ke laut setelah menjelajah sejauh 250 mil tahun 2006. Padahal AS berjarak lebih dari 3.500.
Narushige Michishita dari Pusat Kajian Kebijakan National Graduate Institute Jepang menyatakan rudal jarak pendek Korut, Rodong, dengan kemampuan jelajah 800 mil adalah yang paling operasional dan kredibel serta mampu menjangkau pangkalan AS di Jepang.
“Kami tahu mereka inginkan rudal balistik antar benua, tapi tidak tahu apakah mereka memilikinya,” kata James Hardy, editor Asia Pasifik di mingguan IHS Jane’s Defence. “Mereka telah mempelajari rudal Scud buatan Soviet, dengan itu, jelas bisa menyerang Korsel dan Jepang. Tapi scud sangat tidak akurat dan teknologinya sudah tua.”
Rusia dan Cina dan meminta semua pihak menahan diri. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyatakan, “Kami dapat melihat situasi berkembang di luar kendali.”
Ketua Komite Internasional Parlemen Rusia Duma, Alexei Pushkov mengatakan ancaman Korut hanyalah sinyal kepada AS untuk tidak ikut campur. “Kim Jong Un tidak ingin perang, dia punya istri yang cantik dan rencana besar. Dia ingin menjaga negara dan kekuasaannya, tapi memainkan permainan yang berbahaya,” kata Pushkov lewat akun twitter-nya.
THE TELEGRAPH | VOA |RIA NOVOSTI | THE NATION |NATALIA SANTI