Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Capung, Predator Paling Hebat di Kerajaan Hewan  

image-gnews
Capung Merah. TEMPO/ Gunawan Wicaksono
Capung Merah. TEMPO/ Gunawan Wicaksono
Iklan

TEMPO.CO, New Jersey - Spesies apakah yang menyandang predikat sebagai predator paling hebat di kerajaan hewan? Jika Anda mengira spesies itu singa atau hiu, pikirkan kembali jawaban Anda. Sebab, sebuah penelitian terbaru menunjukkan, predator paling hebat di dunia hewan adalah capung.

Singa Afrika memang tercatat sebagai karnivora puncak pada rantai makanan. Namun, kucing besar ini hanya mampu menangkap 25 persen dari total mangsa yang mereka kejar. Hiu putih besar bernasib sedikit lebih beruntung. Predator puncak di lautan dengan 300 gigi pemotong ini hanya sukses menangkap separuh dari total mangsa yang mereka buru.

Capung, sebaliknya, terlihat mungil, berkilauan, dan dikenal sebagai serangga yang tidak berbahaya. Bahkan capung, bersama kupu-kupu dan kepik, dikelompokkan dalam daftar serangga yang disukai manusia.

Namun, di balik penampilan "ramah"-nya, capung ternyata merupakan predator udara yang sangat rakus. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim ilmuwan Universitas Rutgers di Amerika Serikat menunjukkan, capung menjadi pemburu yang paling brutal sekaligus efektif dalam kerajaan hewan.

Tim ilmuwan mencatat, capung mampu menangkap nyaris seluruh mangsanya dengan tingkat keberhasilan mencapai 95 persen. Bahkan capung kerap memakan mangsanya sembari tetap terbang, tanpa perlu repot hinggap ke daun atau ranting pohon.

"Capung akan merobek-robek tubuh mangsanya dan terus mengunyahnya sampai berbentuk gumpalan sebelum akhirnya mereka menelannya," kata Michael L. Mei, seorang profesor emeritus entomologi di Rutgers, seperti dikutip laman New York Times, Selasa, 2 April 2013.

Selera makan capung bisa dibilang tak berujung. Stacey Combes, seorang peneliti biomekanik di Universitas Harvard yang mempelajari cara terbang capung, pernah menyaksikan seekor capung percobaan di laboratorium menyantap habis 30 ekor lalat buah secara berturutan. "Capung akan terus makan selama masih ada makanan," ujarnya.

Sejumlah penelitian yang diterbitkan baru-baru ini telah menguak fitur kunci otak, mata, dan sayap capung yang memungkinkan serangga itu memburu mangsanya tanpa ragu. Salah satu penelitian menunjukkan, sistem saraf capung menampilkan kapasitas yang hampir sama seperti manusia, terutama untuk perhatian selektif. Artinya, capung mampu fokus pada mangsa tunggal yang disasar, meski mangsa itu terbang di tengah gerombolan serangga lain yang beterbangan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peneliti lain telah mengidentifikasi keberadaan semacam pusat sirkuit berisi 16 sel saraf yang menghubungkan otak capung ke pusat motorik penerbangan di bagian dada. Seperangkat sistem saraf ini memungkinkan capung dapat melacak target bergerak, menghitung lintasan untuk mencegat target, dan secara halus menyesuaikan jalur terbangnya untuk menangkap target tersebut.

Robert M. Olberg dari Union College, yang melaporkan penelitiannya dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, menemukan bukti bahwa jalur capung mencegat mangsanya mirip trik yang digunakan pelaut. Dengan mata majemuknya, capung bisa memprediksi arah terbang mangsanya, termasuk sudut dan kecepatan, kemudian memperkirakan terbangnya sendiri untuk menangkap mangsa tersebut. Capung mengetahui kapan harus memperlambat, mempercepat, dan terbang menyimpang.

Teknik berburu milik capung berbeda dengan yang dilakukan oleh predator kebanyakan. Combes sempat mengira capung mengejar mangsanya secara aktif, seperti singa mengejar mangsanya. Namun, ternyata tidak demikian. "Itu lebih seperti predasi penyergapan. Capung datang dari arah yang tidak disadari oleh mangsanya," kata dia.

Capung termasuk serangga terbang yang canggih. Mereka bisa melayang-layang di udara, menyelam di air, terbang mundur dan terbalik, berputar 360 derajat dengan tiga kali kepakan sayap, dan mencapai kecepatan 30 mil per jam--luar biasa untuk seekor artropoda.

Sayap capung juga berbeda dengan serangga jenis lainnya. Pada kebanyakan serangga, sayap merupakan perpanjangan sederhana dari toraks dan dipindahkan sebagai sebuah unit khusus dengan meregangkan seluruh toraks.

Namun, capung memiliki empat sayap transparan yang ultrafleksibel dan melekat pada toraks oleh otot-otot terpisah. Setiap sayap dapat bermanuver secara independen, memungkinkan capung melakukan berbagai manuver penerbangan. "Seekor capung dapat kehilangan seluruh sayapnya dan masih bisa menangkap mangsa," kata Combes.

NY TIMES | MAHARDIKA SATRIA HADI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

37 hari lalu

Gedung-gedung diselimuti polusi udara di kawasan Kota Jakarta, Selasa 24 Oktober 2024. Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (24/10/2023) pagi tidak sehat dan menempati peringkat ke 4 terburuk di dunia. Berdasarkan data IQAir, tingkat polusi di Ibu Kota berada di angka 170 AQI US pada pukul 06.00 WIB. Peringkat kualitas udara Jakarta saat ini berada di posisi ke-4 di dunia dengan indikator warna merah, yang artinya tidak sehat. Adapun indikator warna lainnya yaitu ungu yang berarti sangat tidak sehat, hitam berbahaya, hijau baik, kuning sedang, dan oranye tidak sehat bagi kelompok sensitif. TEMPO/Subekti.
Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.


Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

11 September 2023

katak mutiara merupakan jenis katak pohon yang memiliki bintik seperti mutiara. Saat ini populasinya sudah langka. Tim Sanggabuana Wildlife Ranger (SWR) menemukan katak ini di Pegunungan Sanggabuana, Karawang (dok.SWR)
Katak Langka Penuh Bintik Seperti Mutiara Ditemukan di Pegunungan Sanggabuana

Katak langka ini berwarna oranye kecokelatan. Tubuhnya dipenuhi bintik putih seperti mutiara dan berkilau saat disorot cahaya senter.


Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

23 Mei 2023

Orcinus orca atau paus pembunuh. Shutterstock
Orca di Eropa Diduga Ajarkan Sesamanya untuk Serang Kapal Layar

Laporan-laporan tentang pertemuan dengan orca yang agresif di lepas pantai Iberian mulai muncul pada Mei 2020, dan belakangan menjadi lebih sering.


Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

16 Desember 2022

Ular Piton (ilustrasi).
Bedah dan CT Scan Ungkap Ular Betina Punya 2 Klitoris

Ini adalah bukti resmi pertama organ genital ular betina.


Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

21 September 2022

Penelitian tentang kenapa bebek berenang dalam formasi satu baris memenangkan Hadiah Ig Nobel bidang Fisika 2022. YouTube
Ig Nobel Bidang Fisika 2022: Penelitian Kenapa Bebek Berenang Berbaris

Ig Nobel diberikan kepada penelitian-penelitian yang dianggap paling aneh, konyol dan unik yang membuat 'tertawa namun kemudian berpikir'.


Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

23 Juli 2022

Tim Indonesia yang berhasil meraih empat medali yakni dua medali emas dan dua perunggu dalam ajang International Biology Olympiad (IBO) ke-33 tahun 2022 yang diselenggarakan di Yerevan, Armenia. ANTARA/HO- Dokumentasi Pribadi.
Jeff, Peraih Medali Olimpiade Biologi di Armenia: 48 Jam Sehari Tak Cukup

Jefferson peraih medali perunggu di olimpiade Biologi internasional di Armenia sudah merantau sejak SD. Memiliki segudang prestasi.


3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

16 Juni 2022

Gedung Rektorat IPB University di kampus IPB Dramaga Bogor /ANTARA
3 Kampus di Indonesia Terbaik di Bidang Biologi

Di urutan ke-2 dan ke-3 ada Universitas Gadjah Mada dan Universitas Indonesia sebagai kampus terbaik di bidang Biologi. Kampus mana yang pertama?


Foldscope, Bagaimana Penemuan dan Fungsi Mikroskop Mini Berbahan Kertas Itu?

14 Juni 2022

Foldscope. Foldscope.com
Foldscope, Bagaimana Penemuan dan Fungsi Mikroskop Mini Berbahan Kertas Itu?

Mikroskop mini atau foldscope walaupun sederhana sama fungsinya untuk kebutuhan sains


Uji DNA Pastikan Kura-kura Galapagos Pulau Fernandina Belum Punah

12 Juni 2022

Fernanda, kura kura raksasa Fernandina di Kepulauan Galapagos yang masih hidup Foto : newscientist.com
Uji DNA Pastikan Kura-kura Galapagos Pulau Fernandina Belum Punah

Kura-kura Galapagos dari pulau yang sama ditemukan pada 1906. Selama ini ternyata masih ada yang bertahan.


Indonesia Tambah 6 Begonia Jenis Baru, Ada yang Potensial Tanaman Hias

19 Januari 2022

Begonia perunggufolia. Dok. BRIN
Indonesia Tambah 6 Begonia Jenis Baru, Ada yang Potensial Tanaman Hias

Peneliti BRIN berhasil menemukan 6 Begonia jenis baru endemik Sumatera. Dari yang bertulang daun mirip sarang laba-laba sampai daun warna perunggu.