TEMPO.CO, Jakarta -- Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan, Mardjoko, menyatakan, Indonesia masih akan menghadapi tantangan berat sepanjang tahun 2013. "Karena ekspor komoditas nonmigas melemah," ujarnya dalam pelantikan pengurus Badan Pengurus Pusat Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (BPP AEKI), Selasa, 2 April 2013. Ia menyebutkan, pelemahan ekspor itu antara lain terjadi pada kelapa sawit dan karet.
Mardjoko mengungkapkan, Bank Dunia memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini hanya berkisar 2,4 persen. Kinerja perekonomian global yang belum pulih pun dianggap berdampak pada kinerja ekspor Indonesia.
Pada 2012, kinerja ekspor migas dan nonmigas Indonesia turun 5,5 persen menjadi US$ 153 miliar. Oleh karena itu, kata Mardjoko, pemerintah berupaya meningkatkan pangsa pasar dan mengembangkan program hilirisasi, khususnya pertanian, yang menyerap banyak tenaga kerja. Lebih lanjut, ia menyampaikan, neraca perdagangan Indonesia pada 2012 mengalami defisit US$ 1,66 miliar.
"Bahkan, pada Januari 2013, neraca masih defisit US$ 171 juta," ujarnya. Pada Februari silam pun, kata dia, neraca tercatat mengalami defisit sekitar US$ 300 juta. Mardjoko menuturkan, defisit tersebut terjadi karena kenaikan impor migas. Ia menyebutkan, ada empat upaya yang bisa dilakukan untuk menekan defisit.
Pertama, melakukan diversifikasi pasar ekspor nonmigas ke emerging market, seperti Timur Tengah, Eropa Timur, Amerika Latin, dan Afrika. Kedua, melakukan hilirisasi nasional agar Indonesia memiliki added value yang besar. Ketiga, menyelesaikan hambatan perdagangan, misalnya melalui instrumen anti-dumping.
"Keempat, memanfaatkan kegiatan internasional di dalam negeri secara optimal, seperti APEC 2013 mendatang," kata Mardjoko.
MARIA YUNIAR