TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama, menuturkan penderita hepatitis B mencapai 10 persen dari penduduk Indonesia atau sekitar 23 juta orang saat ini.
Menurut Tjandra, penyakit ini sebenarnya bisa dicegah dan diobati. "Penyuluhan ujung tombak pencegahan penyakit hepatitis," kata Tjandra seusai mengisi seminar Pengendalian Hepatitis secara Komprehensif di kantor Kementerian, Jakarta, Senin, 8 April 2013.
Dia menambahkan, ada empat langkah pencegahan dan pengobatan yang harus disosialisasikan ke masyarakat, yakni imunisasi pada remaja dan dewasa, deteksi dini, akses pengobatan yang mudah dijangkau, dan pembiayaan kesehatan melalui Jamkesmas.
Dari angka 23 juta tersebut, 50 persennya merupakan hepatitis kronis. Hepatitis B menjadi kronis tergantung usia terinfeksi. Bila terkena pada usia bayi, kemungkinan menjadi kronis mencapai 90 persen, sedangkan pada dewasa mencapai 5 persen.
Tjandra menyebutkan, virus hepatitis B dapat ditemukan pada cairan tubuh penderita, seperti darah, air liur, dan cairan tubuh lainnya. "Untuk itu rentan menular antar individu satu dengan yang lain," katanya.
Selain lewat hubungan seksual, penularan bisa melalui penggunaan jarum suntik bekas, transfusi darah, pembuatan tato, penggunaan pisau cukur, sikat gigi, dan gunting kuku bekas penderita hepatitis B.
Data global dari World Health Organization menyebutkan 2 miliar penduduk dunia terinfeksi virus hepatitis B. Sebanyak 240 juta di antaranya menjadi hepatitis kronis. Ada 75 persen hepatitis kronis berasal dari wilayah Asia dan Afrika. Di Indonesia, diperkirakana ada 30 juta penderita.
SUNDARI SUDIJANTO
Berita Terpopuler:
Beredar, Video Tari Bugil Pelajar di Bima
Mengintip Restoran Narkoba di Kampung Ambon
Polisi Bantah Mengendus Penyerang LP dari HP
Pangdam Diponegoro Serahkan Jabatan Besok
SBY Keseleo Lidah, Mencoreng Jadi Menggoreng