TEMPO.CO, Jakarta - Unjuk rasa ratusan pedagang kaki lima di Stasiun Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, kembali diwarnai kericuhan. Kericuhan terjadi pukul 17.15 ketika Kepala Polsek Kalideres Komisaris Danu Wiyata hendak membubarkan unjuk rasa.
"Bapak-bapak, ibu-ibu, waktu menyampaikan pendapat sudah habis, sudah pukul 5 lewat," ujar Danu, Selasa 9 April 2013. Namun, seorang pengunjuk rasa dari kalangan mahasiswa mencoba menginterupsi Danu. "Ini bukan unjuk rasa...," katanya. Sebelum mahasiswa yang mengaku dari Universitas Indonesia itu menyelesaikan kalimatnya, Danu memegang pundak anak muda tersebut.
Langkah Danu diikuti oleh seorang polisi lain di belakang si mahasiswa. Mahasiswa itu lalu berteriak, "Woi, woi, woi...!" Teriakannya disambut ratusan pengunjuk rasa dari kalangan pedagang yang sedang duduk di rel kereta. Belum jelas siapa yang memulai, deretan polisi dan mahasiswa yang berdiri di pinggir rel langsung dihujani batu dari rel. (Baca juga: Pedagang Asongan Blokir Rel Kereta)
Seketika itu, unjuk rasa rusuh. Warga, mahasiswa, maupun polisi dan wartawan berlarian. Suasana tegang meliputi lokasi. Letusan tembakan peluru hampa terdengar beberapa kali. Pukul 17.30 kericuhan akhirnya reda.
Berdasarkan pantauan Tempo, tiga polisi luka di bagian kepala. Lima mahasiswa yang berunjuk rasa akhirnya diamankan. Kericuhan sore ini adalah kedua kalinya dalam proses pembongkaran kios dan lapak PKL di Stasiun Semanan. Kericuhan pertama berlangsung pagi tadi pukul 10.30 WIB. Mereka menolak pembongkaran oleh PT. KAI karena membayar uang sewa per bulan dan merasa tidak ada pemberitahuan pembongkaran sebelumnya. (Baca: Pedagang Stasiun KRL Unjuk Rasa di Depan Istana)