TEMPO.CO, Jakarta - Dua kali diuji coba, tol Cawang-Rawamangun gagal diberlakukan. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab gagalnya ruas tol tersebut dibandingkan dua pendahulunya, Cawang-Semanggi dan Grogol-Slipi. (Baca: Dahlan Iskan Puji Sistem Contra-Flow Grogol-Slipi)
"Pertama ada perbedaan lebar jalan yang cukup signifikan," kata Wakil Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Sambodo Purnomo, ketika dihubungi pada Senin, 8 April 2013. Lebar jalan tol Cawang hingga Grogol 12,7 meter, sedangkan Cawang-Rawamangun 10,75 meter.
Inilah yang menyebabkan contra-flow menjadi tidak maksimal. Lebar jalan berpengaruh pada ruas jalur yang dipakai. Untuk Cawang-Grogol bisa dipakai 3-4 lajur, sedangkan Cawang-Rawamangun hanya 2-3 lajur. (Baca: Contra-Flow Cawang-Rawamangun Bikin Macet 11 Km)
Selain itu, karakteristik kendaraan yang melintas menjadi kendala. Tol Cawang-Semanggi dan Grogol-Slipi maupun sebaliknya didominasi kendaraan kecil. "Tapi dari arah Tanjung Priok ke Cawang, yang bersinggungan dengan titik contra-flow, dilewati truk muatan besar," kata Manajer Pemeliharaan Jalan PT Citra Marga Nusaphala Persada, Bagus Medi Suarso.
Apalagi pada hari tertentu, seperti Jumat dan Senin, saat ada bongkar-muat. Pada jam sibuk, ada sekitar 50 unit kendaraan melintas per jam. Kecepatan kendaraan tersebut di bawah 40 kilometer per jam. Padahal standar kecepatan truk di jalan tol adalah 60 kilometer per jam.
Dari sinilah kemudian PT Citra dan polisi menyudahi contra-flow di Cawang-Rawamangun. Bagus mengatakan, masih akan dicari formula ideal bagi penerapan untuk meminimalkan kemacetan di tol tersebut.
SYAILENDRA
Berita Lainnya:
SBY Sudah Menduga Penyerang Cebongan Kopassus
SBY: Kami Menyayangi Anas Urbaningrum
Agustus, SBY Bakal Ganti Kapolri dan Panglima TNI
Google Membayar Pria Ini Hampir Rp 1 Triliun
Kasus Cebongan, TNI AD Tolak Peradilan Koneksitas