TEMPO.CO, Jakarta - PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) akan mengimpor alat pengendali konsumsi bahan bakar minyak (Radio-frequency identification/ RFID) dari Cina tahun ini. Hal ini dilakukan lantaran produsen alat komunikasi plat merah itu kesulitan membuat RFID.
Menurut Direktur Utama INTI, Tikno Sutisna, impor hanya dilakukan pada pengadaan RFID tahap pertama. Dia mengatakan saat ini ada beberapa perusahaan asal Cina yang sanggup memasok RFID ke Indonesia. "Kapasitas produksinya jutaan unit per hari," kata dia di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara, kemarin.
Tikno menegaskan impor RFID hanya bersifat sementara. Untuk pengadaan gelombang kedua INTI siap membuat perangkat canggih tersebut dengan serapan komponen lokal yang cukup besar. "Tahun depan diusahakan dibuat di dalam negeri," ujarnya.
Seperti diketahui, pemerintah menunjuk INTI selaku pemenang tender monitoring dan pengendalian bahan bakar minyak bersubsidi Pertamina. Perusahaan ini memenangkan tender dengan harga penawaran Rp 18 per liter untuk program monitoring dan Rp 20,74 per liter untuk program pengendalian BBM subsidi. Pada 1 Juli 2013, INTI diwajibkan memasang perangkat RFID di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Rencananya, INTI akan memasang perangkat RFID yang berbentuk cincin pada 11 juta mobil, 80 juta sepeda motor, 3 juta bus, dan 6 juta truk di seluruh Indonesia. INTI juga menjadi pemantau penyaluran solar dan premium bersubsidi dari 91.311 kepala selang (nozzle) di 5.027 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum.
ANANDA PUTRI