TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga korban penembakan di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk tim pencari fakta independen. Tim independen diharapkan bisa mengungkap kasus tersebut. Sebelumnya, usulan ini pernah dilontarkan sejumlah lembaga swadaya masyarakan antikekerasan dan peduli HAM.
"Kami berpendapat penanganan yang tepat dan cepat kasus ini adalah dengan membentuk tim pencari fakta independen," kata Victor Mambait, kakak Yohanes Juan Manbait, salah seorang korban penembakan di penjara Cebongan, di kantor Dewan Pertimbangan Presiden, Jakarta, Rabu, 10 April 2013.
Victor menganggap insiden yang menewaskan kakaknya dan tiga tahanan lain adalah peristiwa luar biasa. Karena itu, penanganan kasus tersebut pun tak boleh ala kadarnya.
Ia berharap tim independen bentukan Presiden nantinya bisa menguak latar belakang kasus itu, termasuk pembunuhan anggota Kopassus, Sersan Kepala Santoso, di Hugo's Cafe, Sleman, 19 Maret lalu. Kematian Santoso disebut-sebut sebagai pemicu aksi penembakan di Cebongan.
Hari ini Victor dan para keluarga korban menemui anggota Dewan Pertimbangan Presiden bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia, Albert Hasibuan. Kepada Albert, Victor dkk menyampaikan harapan agar SBY mengambil langkah cepat dan tepat dalam penanganan insiden Cebongan.
Albert berjanji bakal mempertimbangkan usulan pembentukan tim pencari fakta independen kasus Cebongan. Kepada keluarga korban, ia menyebut Presiden terus memantau proses hukum kasus Cebongan. "Presiden juga mengamati peristiwa ini," kata dia.
Sabtu, 23 Maret lalu, belasan orang menyerbu penjara Cebongan. Mereka menembak mati empat tahanan, yakni Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, Yohanes Juan Manbait, Gameliel Yermianto Rohi Riwu alias Adi, dan Adrianus Candra Galaja alias Dedi. Hasil investigasi Angkatan Darat menyimpulkan 11 anggota Kopassus terlibat penyerangan tersebut.
PRIHANDOKO