TEMPO.CO, Jakarta - Meskipun banyak kritik mengenai subsidi bahan bakar minyak yang terlalu besar dan tak tepat sasaran, pemerintah masih belum memberikan sinyal akan mengurangi subsidi. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo mengatakan saat ini pemerintah masih mengkaji opsi-opsi, termasuk soal menyediakan BBM bersubsidi jenis baru.
"Ini (bensin Ron 90 bersubsidi) kan wacana saja. Masih butuh implementasi. Pertamina memang sudah beberapa kali pemaparan, oke saja. Tetapi kan perlu keputusan. Tunggu saja. Semua wacana sudah kami pikirkan," kata Susilo ketika ditemui di sela Seminar Percepatan Kegiatan Peningkatan Nilai Tambah Mineral di Dalam Negeri di Jakarta, Rabu, 10 April 2013.
Susilo mengatakan, karena masih berupa wacana, Kementerian Energi juga belum menyiapkan perangkat aturan untuk penyediaan BBM bersubsidi jenis baru ini. Direktur Pemasaran dan Niaga Hanung Budya mengatakan penyediaan BBM bersubsidi jenis baru ini bisa segera dilakukan jika pemerintah menetapkan aturan bahwa bensin dengan RON 90 sebagai BBM bersubsidi sekaligus menetapkan harga BBM bersubsidi jenis baru ini.
Saat ini beberapa opsi penghematan yang muncul. Opsi pertama adalah membatasi konsumsi BBM bersubsidi untuk kendaraan pribadi. Opsi kedua adalah menaikkan harga BBM bersubsidi dan pemerintah menyediakan bantuan untuk kompensasi bagi rakyat miskin. Ketiga adalah menetapkan BBM bersubsidi jenis baru yang harganya di antara BBM bersubsidi dan BBM nonsubsidi
Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan pemerintah masih mengkaji sejumlah pilihan tersebut. Jero meminta agar wacana pengendalian subsidi BBM ini tak lagi digembar-gemborkan. Mantan Menteri Pariwisata ini mengatakan pemerintah tengah mengupayakan solusi yang tak memberatkan rakyat miskin.
"Media tidak usah bahas soal BBM dululah, biar masyarakat ini cooling down. Kami masih bahas. Kalau tidak ada kompensasi kasihan rakyat miskin. Tetapi bentuknya belum tentu BLT (bantuan langsung tunai) karena sekarang dengan BLT dicurigai ini nanti untuk partai," kata Jero ketika ditemui di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu, 10 April 2013.
Anggota Komisi VII Satya W. Yudha menolak ide penyediaan BBM bersubsidi jenis baru. Satya mengatakan kebijakan ini justru akan mendorong pengguna BBM bersubsidi beralih ke BBM bersubsidi jenis baru ini.
Soalnya, menurut Satya, secara psikologis masyarakat akan tetap mencari barang yang lebih murah. Saat ini harga bensin nonsubsidi jenis Pertamax berkisar Rp 10.000 per liter. Sementara Ketua Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswanan Migas) Eri Purnomohadi mengatakan harga BBM bersubsidi baru ini idealnya berkisar Rp 5.500 per liter hingga Rp 7.000 per liter.
BERNADETTE CHRISTINA
Topik terhangat:
Partai Demokrat | Agus Martowardojo | Serangan Penjara Sleman | Harta Djoko Susilo | Nasib Anas
Berita lainnya:
Tengok Cuitan Anas Urbaningrum Soal SMS
Mantan Pangdam IV: Komnas HAM Jangan Didengar
SBY: 1.000 Persen Ibu Ani Tak Terlibat Hambalang
Dirut MRT Irit Bicara, Ahok: Bagus Dong!
'SBY Tak Percaya Orang Lain Selain Dirinya Sendiri'