TEMPO.CO, Jakarta - Saat ini pusat perbelanjaan di Jakarta marak membuat ajang pekan mode. Di antaranya Lippo Mall Kemang. Sejak 10 hingga 14 April ini Lippo Mal Kemang menggelar perhelatan Kemang Fashion Week 2013.
Kemudian, beberapa waktu lalu Grand Indonesia dan Plasa Indonesia juga membuat ajang pekan mode. Dan Rabu malam, 10 April pusat perbelanjaan Senayan City membuat Fashion Nation dengan tema Le Grande Soiree.
Namun, menurut Samuel Mulia yang dihubungi melalui telepon, Kamis, 11 April, penyelenggaraan ajang pekan mode ini baginya hanya bagian dari marketing execution semata. “Saya tidak melihat sesuatu yang istimewa karena kemasannya marketing,” kata Samuel.
Pengamat mode dan gaya hidup ini menjelaskan mengenai masalah menjamurnya ajang seperti ini bukan hal baru, tetapi sudah menjadi budaya Indonesia. Kata dia, di Indonesia budaya latah dan gampang meniru. “Begitu enggak berani memulai malu-malu. Tetapi ketika ada yang berani dan berhasil, langsung berlomba-lomba mengikuti.”
Tentang konsepnya beragam ada yang mentah, ada juga yang sedikit kreatif. ”Buat saya tidak berbanding lurus atau ada korelasinya antara adanya kegiatan ini dengan fenomena bagi masyarakat yang sering datang ke mal. Atau apakah ini akan membantu masyarakatnya sadar dan melek mode,” kata dia.
Samuel mengaku tidak menghadiri semua kegiatan ini, tetapi dia bisa merasakan yang hadir adalah masyarakat mode kalangan terbatas alias yang itu-itu saja. “Pengunjungnya adalah, mereka yang dikelompokkan masyarakat umum yang jarang sekali terlihat batang hidungnya untuk datang ke acara pameran akbar atau merakyat,” ujarnya.
Dia mengatakan fashion selalu menarik dipakai sebagai senjata pemasaran. Hanya saja, yang suka dilupakan apabila di dalamnya adalah orang-orang yang membuat rasa takut dan keder buat masyarakat umum. "Apalagi terpikirkan untuk melek mode,” kata dia.
Biasanya, para tamu yang datang ke ajang pekan mode hanya sebatas pemikat yang menggunakan fashion atau busana untuk ajang pamer. “Berbeda dengan pekan mode di luar negeri seperti Paris atau Milan yang datang karena kelasnya sudah di sana alias jati diri atau identitas mereka,” ujar Samuel.
HADRIANI P