TEMPO.CO, Jakarta - Kinerja Bank Mega Syariah diklaim mengalami peningkatan yang signifikan sepanjang tahun 2012. Aset tumbuh 46,71 persen dari Rp 5,5 triliun pada 2011 menjadi Rp 8,1 triliun pada akhir 2012. "Termasuk peningkatan laba after tax sebesar 243 persen menjadi Rp 184,8 miliar dari Rp 53 miliar tahun sebelumnya," kata Direktur Utama Bank Mega Syariah, Beny Widjaksono dalam media gathering di Menara Bank Mega, Jumat, 12 April 2013.
Peningkatan laba ini, menurut Beny didukung oleh pertumbuhan bisnis perseroan, peningkatan produktivitas karyawan, dan kemampuan mengendalikan biaya operasional. Beny mengklaim rasio NOM (net operating marging) bisa berada di posisi 4,25 persen dengan BOPO (biaya operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional) menjadi sebesar 77,4 persen.
"Rasio biaya operasional bisa turun sebesar 12 persen dari tahun sebelumnya sebesar 80 persen sebagai cerminan kemampuan perusahaan mengendalikan biaya operasional dibandingkan pendapatan operasional," ujarnya.
Tahun lalu, bank milik pengusaha Chairul Tanjung ini mengucurkan pembiayaan senilai Rp 6,2 triliun atau tumbuh 46,7 persen dibanding tahun 2011 yang hanya sebesar Rp 4,09 triliun. "Ini merupakan bentuk spreading komposisi pembiayaan dari sebelumnya hanya didominasi oleh pembiayaan untuk sektor UMKM," Benny menambahkan.
Direktur Bisnis Bank Mega Syariah, Eko Sukapti mengatakan porsi joint financing dari kendaraan motor dan mobil sepanjang tahun 2012 mencapai 40 persen dari total alokasi. "Untuk joint financing ini kami telah bekerja sama dengan lima lembaga multifinance," ujarnya. Kendati demikian, porsi pembiayaan untuk sektor UKMK memang masih lebih besar yakni mencapai 50 persen.
Adapun dana pihak ketiga hingga akhir tahun 2012 mengalami peningkatan 44,9 persen menjadi Rp 7,1 triliun dari sebelumnya Rp 4,9 triliun. Sejumlah rasio keuangan juga tumbuh positif, seperti CAR (capital adequacy ratio) menjadi 13,5 persen dari 12,03 persen, ROA (return on assets) naik 1,58 persen menjadi 3,81 persen, dan ROE (return on equity) meningkat menjadi 57,98 persen. Ditambah lagi dengan menurunnya rasio pembiayaan macet (NPF) dari 3,03 persen menjadi 2,67 persen.
Beny mengatakan kinerja modal sepanjang dua tahun diperkirakan akan menjadi Rp 1 triliun atau masuk BUKU 2 sesuai ketentuan batas modal Bank Indonesia. Adapun modal perseroan hingga akhir tahun lalu menguat menjadi Rp 620,3 miliar dari posisi sebelumnya Rp 318,8 miliar. "Ini merupakan buah komitmen para pemegang saham untuk menkonversi seluruh laba perseroan tahun 2012 dan tahun-tahun sebelumnya menjadi modal disetor," ujarnya.
AYU PRIMA SANDI
Berita Terpopuler Lainnya:
DPR Setuju Anggaran Bencana Rp 1,6 Triliun
Telkom Gagal Tender di Myanmar, Ini Alasan Dahlan
Karen Minta Subsidi BBM Segera Dicabut
Kementerian BUMN Rombak Direksi Angkasa Pura I