TEMPO.CO, Jakarta--Hampir semua orang pernah mengalami koneksi Internet lamban, bahkan tak terhubung sama sekali. Tentu hal itu menjengkelkan. Tapi pernahkah Anda mencari tahu apa penyebabnya?
Ada kemungkinan salah satunya hal itu disebabkan oleh serangan distributed denial of service (DDoS), yakni situs tersebut dibombardir oleh trafik berlebihan sehingga macet dan lumpuh. Koran Tempo edisi hari ini, Sabtu, 13 April 2013 mengulas soal serangan internet ini.
Salah satu serangan DDoS terbesar dalam sejarah adalah terkait dengan konflik antara SpamHaus, lembaga nonprofit yang mengawasi aktivitas pengiriman e-mail sampah, dan Cyberbunker, penyedia jasa Internet yang kerap menjadi sumber e-mail sampah.
Pada kasus ini, serangan tercatat mencapai 300 gigabita per detik. Skala ini sungguh masif karena biasanya melumpuhkan sebuah situs cukup dengan serangan 50 gigabita per detik.
Serangan DDoS terdistribusi ini terjadi ketika penjahat cyber menggunakan ribuan komputer yang saling terhubung atau botnet untuk memacetkan sebuah situs Internet.
Meski jenis serangan tersebut bukan sesuatu yang baru, kasus SpamHaus versus Cyberbunker ini merupakan serangan pertama yang dilancarkan dengan skala besar.
Di Indonesia, serangan mematikan seperti itu terjadi 1,5 juta kali setiap hari. “Termasuk DDoS,” kata Richardus Eko Indrajit, Guru Besar Ilmu Komputer ABFI Institute Perbanas.
Antonius Wisanggeni, Vice President Network dari Biznet Network, mengatakan serangan yang dialami SpamHaus itu bisa melumpuhkan layanan online banyak perbankan lokal.
Kapasitas Indonesia Internet Exchange sekitar 720 gigabita per detik. Dengan serangan sebesar tadi, “Layanan transaksi antarbank dan nasabah bisa terhenti,” kata Anton lewat e-mail kepada Tempo.
Serangan semacam ini sering diarahkan ke situs financial di Tanah Air, meski skalanya masih kecil. Beberapa bank lokal menggunakan jaringan Biznet dalam transaksi online.
Menurut M. Salahuddin, Wakil Ketua Bidang Operasional dan Keamanan Jaringan Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure, serangan DDoS ini berbahaya.
"Untungnya, desain arsitektur jaringan Internet di Indonesia sangat menyebar dan memiliki banyak interkoneksi. Ini justru mampu memberikan efek deterrence,” kata Salahuddin.
Menurut Anton, serangan DDoS ke jaringan komputer lokal berasal dari komputer di Belanda, Jerman, Kanada, Swedia, dan Brasil. “Motivasinya sekitar finansial,” ujarnya.
Untuk mengatasi hal ini, Anton menyarankan penyedia jasa Internet agar lebih waspada, misalnya dengan meng-update patch dari sistem operasi pada jaringan masing-masing secara berkala dan memasang antivirus terkini.
Jeremy Andreas, eksekutif dari Fortinet, perusahaan penyedia perangkat keras anti-DDoS, melihat kesadaran penyelenggara Internet lokal akan bahaya DDoS masih minim. "Mungkin karena skalanya belum besar di sini," ucap dia.
BUDI RIZA
Topik Terhangat:
Serangan Penjara Sleman || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas
Baca juga:
Begini Cara Wildan Meretas Situs Presiden SBY
Inilah Ponsel Tertipis di Dunia
Fosil Embrio Dinosaurus Ditemukan
Kebun Raya Cibodas Raih ISO 9001:2008