TEMPO.CO, Jakarta - Terbongkarnya skandal pencurian pulsa pada Oktober 2011 telah
menurunkan pendapatan operator telepon seluler secara drastis. Anggota Panitia Kerja Pencurian Pulsa DPR, Helmy Fauzi, menilai akibat terungkapnya modus pencurian pulsa ini, perolehan keuntungan operator turun sampai lebih dari 50 persen. (Baca: Tersangka Pencurian Pulsa Akhirnya Akan Diadili)
Penurunan yang spektakuler ini, kata politikus PDIP ini, menunjukkan bagaimana masifnya pencurian pulsa dilakukan pada puncaknya sekitar dua tahun lalu. "Operator tidak dapat melakukan manipulasi yang mendatangkan keuntungan besar," kata Helmy, ketika dihubungi Kamis 11 April 2013.
Koleganya sesama anggota Panja, Tantowi Yahya, membenarkan. Menurut anggota Fraksi Golkar ini, terbongkarnya skandal pencurian pulsa juga mempengaruhi pendapatan artis dan selebritis. “Dulu pendapatan utama artis itu dari RBT. Sekarang tidak lagi," kata Tantowi, Selasa pekan
lalu.
Dulu, kata Tantowi, hampir tiap konsumen telepon seluler menerima pesan singkat atau SMS premium. Bahkan tak jarang, pengguna telepon genggam mendapatkan nada dering atau RBT, tanpa mereka pesan. Konsumen tak dapat serta merta keluar dari program itu. "Operator tidak
menyediakan fitur penghentian layanan," ujar dia.
Kini operator dan perusahaan content provider tak lagi dapat menggaet konsumen ke layanan premium, secara sepihak. Sebab SMS dan RBT premium, telah diawasi. "Pengawasan ini kuncinya, kalau tidak, bisa jadi mereka kambuh dan mencuri lagi," kata Tantowi.
CORNILA DESYANA
Topik Terhangat TEMPO:Sprindik KPK || Serangan Penjara Sleman || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas
Berita Terhangat Hari Ini
UN Telat karena Rekanan Sulit Distribusikan Soal
Ujian Nasional Sebelas Provinsi Mundur Jadi Kamis
300 Polisi Jember Amankan Soal Ujian Nasional
Ujian Nasional di 11 Provinsi Ditunda