TEMPO.CO, Jakarta - Hari pertama pelaksanaan ujian nasional diwarnai kurangnya pelayanan bagi siswa berkebutuhan khusus. Di SMA 112 Jakarta, Jalan Sanggrahan Nomor 2, Meruya Utara, Jakarta Barat, misalnya. Andri Rico Riyadi, siswa tunanetra kelas XII IPS 1, tak kebagian lembar jawaban khusus braille.
"Lembar jawaban braille-nya belum ada," ujar Theresia Maryanti, guru pengawas yang mendampingi Andri, Senin, 15 April 2013. Akibatnya, guru asal sekolah luar biasa itu harus menulis jawaban Andri secara manual di kertas HVS. "Untuk sementara, saya tuliskan dulu jawabannya."
Sebagai guru pengawas, Theresia pun tak mendapat lembar pertanyaan awas yang sesuai dengan soal braille milik Andri. Artinya, Theresia tidak dapat membantu Andri membaca pertanyaan ujian. "Andri harus membaca semua soal, sendiri."
Guru mata pelajaran kewarganegaraan, M. Saleh Dongoran, yang sehari-hari mengajar Andri, menganggap panitia UN di DKI tidak profesional. "Harusnya ada lembar jawaban khusus braille itu," kata Saleh.
Andri satu-satunya siswa kelas XII tunanetra yang menjalani ujian nasional di SMA inklusi itu. Meski tak ada lembar jawaban khusus dan soal awas, Andri terlihat tetap semangat ikut ujian. Hari pertama, mata pelajaran yang diujikan adalah bahasa Indonesia. Dan Andri mendapatkan waktu 165 menit untuk mengerjakan 50 soal, atau 45 menit lebih panjang ketimbang siswa lain.
ATMI PERTIWI
Topik Terhangat:
Serangan Penjara Sleman| Harta Djoko Susilo | Nasib Anas
Terpopuler:
Fly-over Summarecon Bekasi Dibuka untuk Umum
TKW Ini Ditipu dan Dirampok Teman Facebook
Polisi Buru Suami Pembakar Istri di Bogor
Dipergoki, Pencuri Motor Tembak Pekerja Salon
Pekerja Bangunan Temukan Proyektil Mortir