TEMPO.CO, Surakarta - Ancaman serangan Korea Utara ke Korea Selatan tidak menyurutkan niat masyarakat Indonesia untuk bekerja di Korea Selatan. Terbukti ribuan orang berbondong-bondong mendaftar untuk mendapatkan kesempatan bekerja di Negeri Ginseng tersebut.
Pendaftaran ujian kecakapan bahasa Korea bagi calon tenaga kerja Indonesia (TKI), yang dilaksanakan di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta pada 15-18 April 2013, dibanjiri pelamar. Ketua panitia pendaftaran, Tuhana, mengatakan, setiap hari, jumlah pendaftar sekitar 3.000 orang.
UNS ditunjuk sebagai tempat pendaftaran ujian kecakapan bahasa Korea untuk Jawa Tengah. "Peminatnya sangat banyak meski saat ini tengah terjadi ketegangan antara Korea Selatan dan Korea Utara," kata Tuhana kepada wartawan, Kamis, 18 April 2013.
Menurut dia, pemerintah Korea Selatan telah memberi jaminan bahwa ancaman serangan Korea Utara tidak akan menghentikan proses perekrutan tenaga kerja. Jadi panitia tetap melayani pendaftaran sesuai jadwal. Rencananya, ujian akan dilaksanakan pada 15-16 Juni 2013, dan hasilnya diumumkan pada 1 Juli 2013.
Kepala Seksi Penyiapan dan Penempatan Antar-Pemerintahan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), M. Fauzan, mengatakan, pihaknya menyiapkan 13 ribu formulir pendaftaran.
Selain tes keterampilan bahasa Korea, peserta akan menjalani proses administrasi dan pelatihan sebelum akhirnya bekerja di Korea Selatan. Menurut dia, pekerja Indonesia akan ditempatkan di perusahaan manufaktur dan perikanan. "Tidak ada yang menjadi pembantu rumah tangga," ucapnya.
Indonesia menyiapkan 40 ribu calon TKI untuk bekerja di Korea. Namun hanya 12 ribu yang akan direkrut. Selain di Solo, pendaftaran juga dilakukan di Universitas Indonesia Esa Unggul Jakarta, Institut Koperasi Indonesia Bandung, Universitas Dr Soetomo Surabaya, dan Universitas Sumatera Utara Medan.
Salah seorang pendaftar, Wasikin, 19 tahun, sangat berharap bisa bekerja di Korea. "Saya ingin dapat pekerjaan yang layak," kata pemuda asal Cilacap tersebut. Dia mengaku punya modal menguasai bahasa Korea dari hasil kursus di sebuah lembaga pendidikan. Soal keamanan di Korea Selatan, dia tidak mempermasalahkannya.
Fauzan mengatakan, saat ini ada sekitar 35 ribu pekerja Indonesia di Korea Selatan. Terkait krisis Korea, pihaknya terus memperbarui data pekerja beserta alamat dan perusahaan tempat bekerja. Jadi, jika benar-benar terjadi perang, dapat segera melakukan evakuasi.
UKKY PRIMARTANTYO
Berita lainnya:
SBY Semprot Fotografer Istana
Samarinda dan Balikpapan Tolak Ujian Nasional
Polisi Bali yang Disuap di Youtube Kini Dipenjara
Bom Boston, Foto Pelari 'Aneh' Beredar