TEMPO.CO , Jakarta:Hari-hari Kartini tak melulu dihabiskan dengan senda gurau belaka. Setiap hari ketiganya menghabiskan waktu dengan aneka hobi, seperti menggambar, melukis, dan bermain piano. Setiap siang, mereka belajar membatik di serambi belakang bersama Ibu Ngasirah.
Kartini menularkan hobinya membaca kepada dua adiknya. Surat kabar Semarang, De Locomotief, yang diasuh Pieter Brooshooft; sejumlah majalah lain, seperti majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat; serta majalah wanita Belanda, De Hollandsche Lelie, menjadi sahabat mereka.
Kartini sendiri tetap meneruskan kebiasaannya kala dipingit sendirian, seperti dikemukakan Roekmini dalam suratnya kepada Nyonya De Booy-Boissevan, “Mbakyu Kartini selalu sibuk. Siang tidak beristirahat, malam menulis sampai jauh malam. Jam lima pagi ia sudah memasang lampunya lagi untuk meneruskan tulisannya.
”Salah satu tulisannya berjudul Het huwelijk bij de Kodjas menceritakan upacara perkawinan suku Koja di Jepara, yang kemudian dimuat dalam Bijdragen tot de Taal-Land-en Volkenkunde van Ned-Indie pada 1898. (Baca Lengkap: Gebrakan-Gebrakan Kartini di Majalah Tempo Edisi 22-28 April 2013)
TIM TEMPO
Berita Terpopuler
Inilah Formatur Baru Partai Demokrat
Kader PDIP Diminta Tak Terprovokasi Penyerangan
Curahan Hati Ibu Tersangka Bom Boston
Topik Hangat:
Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Preman Yogya | Prahara Demokrat