TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pembagian dividen PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM) sempat memicu kenaikan harga sahamnya hingga ke level Rp 12.300. Hal itu membuat indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia menyentuh 5.026 pada awal perdagangan, Senin, 22 April 2013. Namun, aksi ambil untung yang dilakukan para investor membuat indeks bergerak fluktuatif dan ditutup di bawah level psikologis 5.000.
Pada perdagangan hari ini, indeks ditutup turun tipis 1,538 poin (0,03 persen) ke posisi 4.996,923. Analis dari PT Mega Capital Indonesia, Helen Vincentia, mengungkapkan rencana aksi korporasi dari TLKM yang akan membagikan dividen sebesar 65 persen serta pemecahan nilai nominal saham (stock split) 1:5 membuat sahamnya kembali diburu investor. “Biasanya bila saham berfundamen bagus, yang akan melakukan stock split akan cenderung bergerak naik karena harganya akan lebih terjangkau oleh para pemodal.”
Pengumuman pembagian dividen masih akan mempengaruhi pergerakan indeks sehingga masih berpeluang menguat lagi ke 5.000. Ditambah, antisipasi keluarnya laporan keuangan triwulan pertama 2013 dari emiten perbankan yang biasa mengumumkan lebih awal. Beberapa bank yang telah mempublikasikan kinerjanya masih mencatat pertumbuhan.
Fundamen individu emiten masih sangat mendukung pergerakan indeks, sedangkan dari fundamen domestik hanya terdapat ancaman tingginya inflasi yang dapat membebani penguatan bursa. Rencana kebijakan pemerintah membatasi pemakaian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang belum jelas mekanismenya bisa saja menjadi hambatan indeks.
Saham yang berpindah tangan hanya mencapai 4,79 miliar lembar, dengan nilai Rp 5,63 triliun, serta frekuensi 149,4 ribu kali transaksi. Harga 165 saham turun, 97 saham naik, serta 95 saham lainnya stagnan. Namun, investor asing mencatat pembelian bersih Rp 318 miliar. Saham-saham yang mengganjal indeks kali ini antara lain: Bw Plantation (BWPT) anjlok 10,6 persen menjadi 1.010, Alam Sutera (ASRI) merosot 3,7 persen ke Rp 1.040, Indocement (INTP) terkoreksi 2,9 persen ke Rp 24.500, Holcim Indonesia (SMCB) melemah 2,7 persen ke Rp 3.625, serta Semen Gresik (SMGR) juga tergelincir 2,4 persen menjadi Rp 18.400 per saham.
Jatuhnya saham properti, industri dasar, serta perkebunan membuat indeks gagal bertengger di atas 5.000 meskipun bursa regional cukup positif hari ini. Harga-harga saham bursa domestik yang sudah naik cukup kencang membuat pemodal bersikap hati-hati untuk kembali masuk setelah indeks berada di sekitar 5.000.
“Kondisi seperti ini dimanfaatkan sebagian investor justru untuk merealisasikan keuntungan yang sudah diperoleh sebelumnya,” kata Helen. Bursa Asia sore ini ditutup menguat dipimpin oleh bursa Tokyo yang berhasil menguat 1,89 persen, diikuti bursa Seoul naik 1,03 persen, bursa Australia naik 0,66 persen, bursa Singapura naik 0,45 persen, serta bursa Hong Kong juga menguat tipis 0,14 persen.
VIVA B. K.