TEMPO.CO, Jakarta - Emiten pertambangan nikel PT Vale Indonesia Tbk mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 79,8 persen dari US$ 333,8 juta pada 2011 menjadi US$ 67,5 juta pada 2012. "Penurunan laba bersih berhubungan dengan penurunan harga nikel dan kenaikan minyak bahan bakar bersulfur tinggi (HSFO)," kata Wakil Presiden Direktur PT Vale Indonesia Bernardus Irmanto di Jakarta, Selasa, 23 April 2013
Beban pokok pendapatan perseroan meningkat sebesar 10 persen karena kenaikan harga minyak bahan bakar bersulfur tinggi (HSFO) dan meningkatnya biaya bahan pembantu terkait dengan perbaikan tanur pada semester pertama 2012. Perseroan mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 22 persen dari US$ 1,24 miliar menjadi US$ 967,3 juta. Penurunan pendapatan perseroan disebabkan harga nikel yang rendah.
Investor perusahaan menyetujui pengalokasian dana untuk cadangan umum US$ 6,7 juta dan pembagian dividen final tahun 2012 sebesar US$ 25 juta, atau setara dengan US$ 0,00252 per lembar saham. Pembagian dividen internal akan dibayarkan pada 31 Mei 2013.
Dividen untuk pemegang saham Indonesia akan dibayarkan dalam rupiah setara dengan kurs dolar Amerika Serikat berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada 17 Mei 2013.
Sebagai tambahan info, perseroan telah membayarkan tambahan dividen interim pada 27 Desember 2012 sebesar US$ 25 juta. Dengan demikian, total pembayaran dividen 2012 sebesar 74 persen dari laba bersih, atau sebesar US$ 50 juta dari US$ 67,5 juta.
RIZKI PUSPITA SARI
Topik Terhangat:
Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Preman Yogya | Prahara Demokrat
Berita Terpopuler:
Hari Bumi 2013: Pergantian Musim Google Doodle
Tersangka Bom Boston Ngetwit Setelah Ledakan
Menteri Keuangan Diberhentikan Saat Bertugas di AS