TEMPO.CO, Brebes - Terbuai dengan mahalnya harga bawang merah pada bulan-bulan lalu, sebagian petani bawang merah di Kabupaten Brebes nekat menjual seluruh hasil panennya. Akibatnya, saat hendak kembali menanam, mereka kehabisan stok bawang merah yang sedianya dicadangkan untuk benih.
"Kelangkaan benih sudah sejak dua bulan lalu sampai sekarang," kata Sugito, petani bawang asal Desa Wangandalem, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Selasa, 23 April 2013. Imbasnya, harga benih bawang melambung hingga Rp 50.000 per kilogram.
Laki-laki berusia 47 tahun itu menerangkan, untuk menanam bawang merah di lahan seluas satu petak (830 meter persegi) membutuhkan bibit 2 kuintal seharga Rp 9 juta. Ditambah biaya pengolahan tanah, pupuk, dan perawatan selama tanaman siap dipanen, total dana yang dibutuhkan sekitar Rp 13 juta.
"Kalau panen musim depan harganya jatuh, kerugian petani bisa berlipat-lipat," kata Sugito. Menurut dia, melambungnya harga bawang merah hingga mencapai Rp 45.000 per kilogram, Februari lalu, adalah yang pertama terjadi sepanjang umurnya.
Naiknya harga bawang merah juga pernah terjadi pada 1998 lalu. Tapi, lonjakannya tidak sedrastis tahun ini. Adapun harga jual bawang merah dari petani pada umumnya hanya sekitar Rp 10.000 per kilogram.
Karena momen langka itulah, Sugito mengungkapkan, petani bawang merah beramai-ramai menjual seluruh hasil panennya. Padahal, dia mengatakan, biasanya para petani menyisihkan sebagian hasil panen untuk bibit setelah dikeringkan selama dua bulan.
Akibat mahalnya harga benih, sebagian petani bawang di Brebes kini terpaksa beralih menanam padi, kacang kedelai, cabai, dan mentimun. Dari sekitar 30.000 hektare lahan pertanian bawang di Brebes, kurang dari 50 persen yang ditanami bawang merah.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Brebes, Budiharso, membantah kelangkaan itu. "Kelangkaan benih itu hanya terjadi pada petani partai besar yang menyewa lahan hingga seratusan hektare. Sebab, mereka menjual seluruh hasil panennya," katanya.
Sedangkan untuk petani partai kecil dengan kepemilikan lahan sekitar 0,25 hektare, Budiharso menjelaskan, sama sekali tidak terkendala kelangkaan benih. Pasalnya, petani kecil tetap konsisten menyisihkan hasil panennya untuk benih di musim tanam mendatang.
Menurut Budiharso, petani partai besar sengaja mengeluhkan kelangkaan benih agar pemerintah bersedia mengucurkan benih bawang impor. Sementara itu, wacana impor benih bawang selama ini ditentang petani kecil. "Mereka khawatir jika benih itu akan dijual, tidak ditanam."
DINDA LEO LISTY
Topik Terhangat:
Caleg | Ujian Nasional | Bom Boston | Lion Air Jatuh | Preman Yogya
Berita Terpopuler:
Dinasti Banten Rame-rame Jadi Caleg DPR dan DPD
Izinkan Nazar Berobat, Kepala LP Cipinang Dicopot
Fakta-fakta Mengarah ke Motif Pelaku Bom Boston
Bom Boston, FBI Harus Jawab 5 Hal Ini
Mourinho Diusir, Presiden Madrid Serukan Persatuan