TEMPO.CO, Jakarta- Pasca-bom Boston, pandangan rakyat Amerika terhadap Islam dikhawatirkan memburuk. Padahal masyarakat Amerika sudah mulai menerima nilai-nilai Islam moderat, tidak seperti seusai kejadian terorisme 9 September 2001. Ketakutan itu disampaikan oleh mantan Senator asal Missouri, Christopher S. “Kit” Bond.
“Saya takut ini akan melahirkan kembali kecurigaan terhadap Muslim, padahal ini adalah tindakan orang yang mengatasnamakan Islam untuk keyakinan mereka sendiri,” kata Bond seusai menerima penghargaan dari Nahdlatul Ulama atas upayanya mempromosikan nilai-nilai Islam moderat di Amerika Serikat di kantor PBNU, Jakarta, kemarin.
Bond dikenal sebagai pakar Asia Tenggara, kedekatan dan kekerapannya berkunjung ke negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara membuatnya dijuluki Senator dari ASEAN. Bersama dengan pemenang hadiah Pulitzer, Lewis Simons, Bond menulis buku “The Next Front: Southeast Asia and the Road to Global Peace with Islam”.
Hal senada disampaikan Shalahudin Kafrawi, pengurus NU cabang Amerika dan Kanada. Dia menuturkan di awal peristiwa bom Boston banyak yang mengharapkan pelakunya bukan Muslim. Ketika diumumkan pelakunya orang kulit putih, kalangan akademisi maupun warga Kristen moderat di AS agak lega. “Sehingga ketika diketahui pelaku dari Chechnya dan beragama Muslim hal ini menimbulkan kekhawatiran kalangan moderat, tidak saja Muslim tetapi juga non Muslim,” katanya.
Senator Bond berharap agar wajah Islam tidak ternoda oleh orang-orang yang mengatasnamakan agama untuk tindak kekerasannya. Para tokoh Islam dunia harus bersatu mengeluarkan kecaman terhadap aksi terorisme tersebut. “Para tokoh Islam juga harus sama-sama menyatakan bahwa Islam adalah agama yang cinta damai,” kata Bond.
NATALIA SANTI
Topik Terhangat:
#Ujian Nasional | #Bom Boston | #Lion Air Jatuh | #Preman Yogya
Baca juga:
Aceng Fikri dan Ahmad Dhani Jadi Capres Idaman NU
Aceng Fikri Kaget Ditolak Srikandi Hanura
Dinasti Banten Rame-rame Jadi Caleg DPR dan DPD
Fakta-fakta Mengarah ke Motif Pelaku Bom Boston