TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Klaim dan Resolusi Bank-Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Nurcahyo, mengatakan pihaknya berusaha menawarkan PT Bank Mutiara Tbk, eks Bank Century, hingga ke Jepang. Dia mengklaim ada tiga Bank Jepang yang berminat membeli Bank Mutiara. Peminat itu adalah ORIX Corporation, J Trust Co. Ltd, dan Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, Ltd. "Sebelumnya kami menawarkan ke lima negara lain," ujarnya pada acara peresmian kios mikro Bank Mutiara Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, Selasa, 30 April 2013.
Lima kota yang dikunjungi LPS sebelum Jepang adalah Sidney dan Melbourne di Australia, Beijing di Cina, serta Korea, Taiwan, dan Thailand. Bank Mutiara tidak ditawarkan ke Eropa karena Benua Biru itu sedang dilanda krisis keuangan.
Nurcahyo menegaskan kepemilikan 100 persen bisa diterapkan di Bank Mutiara. "Oleh satu perusahaan atau konsorsium," katanya. Terhadap investor asing, Nurcahyo menambahkan, juga dimungkinkan bisa menguasai 100 persen, meski konstitusi mengatur pembatasan kepemilikan asing. Batas waktu penawaran berakhir pada 15 Mei mendatang. Saham yang akan dilepas 100 persen, yaitu saham LPS sebesar 99,996 persen dan pemegang saham lama 0,004 persen.
Selain tiga investor Jepang itu, pejabat LPS mengklaim ada 40 investor yang berminat membeli. Nurcahyo enggan memerincikan investor mana saja. "Kami punya konsultan keuangan, yaitu Dana Reksa yang mengetahui berapa banyak tawaran yang masuk," katanya.
Bank Mutiara dijual dengan harga Rp 6,7 triliun. Harga ini sesuai dengan dana talangan yang dikeluarkan negara sebesar Rp 6,7 triliun untuk menyehatkan Bank Century pada 2008. Sejak ditawarkan lima tahun silam, Bank Mutiara tak kunjung terjual. Penyebabnya, disebut-sebut karena bank itu masih dirundung persoalan politik seputar kebijakan dana talangan Bank Centruy.
RIZKI PUSPITA SARI | AKBAR