Berdasarkan penelitian Victory yang dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2011-2012, di bawah pimpinan, Professor Akmal Taher melalui laboratorium Phzer, 44 persen dari 518 tablet yang ditemukan di 4 kota besar itu telah dipalsukan. Guna mendapatkan obat yang dipalsukan, penelitian ini menggunakan metode "mystery shopping" di beberapa tempat penjualan obat.
"Obat tersebut banya dijual di sarana tidak resmi, dan itu seratus persen itu palsu," ujar Ketua Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP), Widyaretna dalam konferensi persnya di Gedung Kenari, Jakarta Convention Center, Kamis 2 Mei 2013. Penelitian ini menurut Widyaretna
Distribusi Sidenafil Sitrat palsu banyak ditemukan pada tempat penjualan obat yang tidak resmi. Widyaratna mencontohkan, seperti gerobak kecil, toko obat, warung, penjualan online, bahkan apotik. "Tiga belas persen bahkan ditemukan di apotik," ujar Widyaratna.
Dokter Spesialis Biomedicine dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Melva Louisa menyebutkan, pemalsuan dapat dilakukan dengan cara menambah maupun mengurangi dosis sidenafil. Dari hasil penelitian disebutkan pula ada 7 zat lain yang ditemukan dalam Sidenafil sitrat palsu.
"Selain sidenafil itu sendiri, obat palsu ini mengandung macam-macam, ada yang tinta biru, amphetamin, laktosa, talk, antibiotik, kafein, dan bahkan obat anti diabetes," ujar Melva pada kesempatan yang sama. Bahkan Melva mencontohkan beberapa kasus, salah satunya di Cina, konsumi Sidenafil sitrat palsu mengakibatkan kematian. "Karena ada obat anti diabetes itu, begitu dikonsumsi, mereka langsung kehilangan gula," tambahnya.
Karena itu, Melva menghimbau pasien yang ingin mengkonsumsi obat kuat jenis Sidenafil Sitrat sebaiknya langsung membeli dari tempat yang resmi, yaitu apotik besar dan berlisensi. Walaupun harganya terkadang lebih mahal, namun menurut Melva, keaslian dari obat tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
CHETA NILAWATY