TEMPO.CO, Jakarta- Kepolisian belum memastikan hubungan para tersangka teroris yang ditangkap di Bendungan Hilir, Jakarta, dengan kelompok teroris lainnya. Kepolisian mengklaim masih membutuhkan waktu untuk mengungkap motif dan tujuan para tersangka menggunakan lima bom pipa dalam tas mereka. ”Ini jaringan baru, kami belum bisa mengaitkan dengan kelompok teroris yang sudah beraksi dan ditangkap," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Inspektur Jenderal Boy Rafli dalam keterangan pers di Mabes Polri, Jumat, 3 April 2013.
Boy menyatakan, ada kemungkinan dua tersangka teroris yang ditangkap tersebut pernah belajar, bekerja, atau berteman dengan salah satu tersangka atau kelompok teroris tertentu. Penangkapan kedua tersangka ini juga diakui sebagai hasil pengembangan Detasemen Khusus Anti Teror 88 terhadap satu kelompok teroris yang sudah ditangkap. ”Memang hasil pengembangan, tapi belum bisa diungkap,” kata Boy.
Tim investigasi Densus 88, menurut dia, juga belum bisa mengungkap motif para tersangka teroris. Termasuk, adanya informasi target mereka yaitu Kedutaan Besar Myanmar. Jenderal bintang satu ini juga tidak mau berkesimpulan kelompok baru ini terkait dengan beberapa kelompok teroris yang memiliki motif dan tipe bom yang sama. "Saya belum bisa menyatakan secara spesifik target dari lima bom yang mereka bawa."
Dua kelompok teroris yang memiliki kesamaan dengan kelompok baru ini adalah jaringan Harakah Sunni untuk Masyarakat Indonesia pimpinan Abu Hanifah yang ditangkap akhir Oktober 2012. Tiga anggota Hasmi ditangkap tim Detasemen Khusus di Jakarta, yaitu Herman dan Basir di Palmerah dan Narto di Kebon Kacang.
Pengejaran kelompok Hasmi mulai 26 Oktober 2012. Tim Densus 88 menangkap dua tersangka kelompok Hasmi di Puri Amarta Residen, Madiun yaitu Agus Anton alias Thorik dan Warso alias Kurniawan. Kemudian, densus melanjutkan penangkapan serentak di tiga wilayah yaitu Solo, Jakarta dan Bogor pada 27 Oktober 2012 sekitar pukul 11.00 WIB.
Kelompok lain yang punya kesamaan motif adalah tersangka teroris Muhammad Thorik yang akan melakukan bom bunuh diri di empat lokasi yaitu Markas Komando Brigadir Mobil, Pos Polisi di Salemba, kantor Densus 88, dan komunitas masyarakat Budha. Kelompok ini hendak menyerang komunitas Budha sebagai bentuk solidarisme masyarakat muslim Rohingya, Myanmar. Thorik sendiri menyerahkan diri ke Pos Polisi Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat, 9 September 2012, sekitar pukul 17.30 WIB. Ia turut membawa satu pucuk senjata api dan rangkaian bom pada tubuhnya.
FRANSISCO ROSARIANS
Topik terhangat:
Susno Duadji | Ustad Jefry | Caleg | Ujian Nasional
Berita Lainnya:
Yusril: Menyerah, Tak Berarti Susno Mengakui
Pesan Susno ke Yusril: Saya Minta Dieksekusi
Susno Duadji Masuk Sel Cibinong Tengah Malam
Pengacara Susno Duadji: Itu Kabar Burung
Moge Ringsek Uje Bakal Dilelang
Uang Lelang Moge Uje untuk Bangun Masjid
Densus 88 Tangkap Tiga Terduga Teroris