TEMPO.CO, Jakarta - Diturunkannya outlook ekonomi Indonesia dan ketidakpastian soal harga bahan bakar minyak masih menjadi sentimen negatif yang mempengaruhi pasar.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia hari ini kembali terkoreksi tajam 68,56 poin (1,37 persen) ke level 4.925,48. Ini merupakan dua hari berturut-turut indeks terkoreksi di atas 1,3 persen.
Analis dari PT Panin Sekuritas, Purwoko Sartono, indeks bergerak anomali di tengah bursa regional Eropa dan Amerika yang cenderung positif. "Diturunkannya outlook ekonomi Indonesia positif ke stabil oleh Standard & Poor masih menjadi sentimen negatif di bursa Jakarta."
Kejatuhan indeks terutama disebabkan oleh aksi jual saham oleh investor asing yang mencapai Rp 803,4 miliar. Apalagi di saat yang sama Standard & Poor justru menaikkan rating utang Philipina menjadi BBB- dengan outlook stabil, yang artinya negara itu masuk kategori Investment Grade. Perbandingan itu membuat mereka beralih ke bursa Filipina.
Di sisi lain, sikap pemerintah yang plin-plan soal penyesuaian harga bahan bakar (BBM) bersubsidi membuat investor kecewa dan terus melakukan aksi jual. "Investor, khususnya asing, butuh kepastian dari pemerintah agar bisa menghitung risiko pada portofolionya," ungkap Purwoko.
Saham yang berpindah tangan hari ini sebanyak 5,5 miliar lembar saham senilai Rp 6,9 triliun dengan frekuensi 150,9 ribu kali transaksi. Hanya 83 saham menguat, 198 saham turun, serta 87 lainnya stagnan.
Bursa Asia bervariasi hingga 16.30 WIB. Hang Seng menguat 0,10 persen, Strait Times melemah 0,94 persen, bursa Korea menguat 0,43 persen, dan indeks Shanghai menguat 1,44 persen.
PDAT | M. AZHAR