TEMPO.CO, Tasikmalaya - Sebanyak 24 bangunan milik jamaah ahmadiyah di Kampung Wanasigra, Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat rusak setelah diserang massa tak dikenal, Ahad dinihari, pukul 01.30 WIB. "Ada 24 bangunan, termasuk satu madrasah, dua mushola yang rusak," kata juru bicara ahmadiyah, Dodi Kurniawan saat ditemui di lokasi perusakan, Minggu 5 Mei 2013.
Dia menjelaskan, perusakan terjadi sekitar pukul 01.30 WIB. Saat itu, massa sekitar 200 orang mendatangi kampungnya. "Menurut saksi, ada 200 orang," kata Dodi.
Massa, jelas dia, datang dengan berjalan kaki dari arah jalan raya Tasik-Garut atau sekitar satu kilometer dari Kampung Wanasigra. Tiba di lokasi, massa berusaha memasuki kompleks Masjid Al Fadhol, masjid milik jemaat ahmadiyah. "Mungkin karena ada pagar masjid, massa tertahan," kata dia. Setelah itu, massa kembali ke arah jalan raya. Di sepanjang jalan yang dilaluinya, massa melempari rumah-rumah warga. "Kaca-kaca rumah pecah," jelas Dodi.
Dia menduga, persoalan yang menjadi pemicu perusakan adalah adanya pengajian jemaat ahmadiyah di kampung tersebut. Pengajian itu, rutin diadakan tiap tahun.
"Dari 6.000 warga Tenjowaringin, 4.000 diantaranya jemaat ahmadiyah," kata Dodi. Karena jemaat sangat banyak, panitia lalu membuat tenda di halaman masjid.
Pengajian dimulai Jumat malam, 3 Mei 2013. Namun baru efektif Sabtu. Pengajian rencananya berlangsung sampai Minggu siang, 5 Mei 2013. "Diduga, massa mau nutup pengajian," prediksi dia.
Saat pengajian, terang Dodi, ada 20 aparat TNI-Polri yang menjaga. Ketika massa melakukan perusakan, aparat berusaha menenangkan jemaat ahmadiyah. "Bapak-bapak harap tenang, supaya tidak terjadi bentrokan," kata Dodi menirukan perkataan aparat. "Aparat berhasil menenangkan warga, maka tak terjadi bentrok,".
Menurut dia, saat merusak rumah, massa tidak memakai atribut ormas tertentu, namun hanya memakai baju biasa. "Tak ada identitas. Saya tidak tahu persoalan, siapa saja bisa bermain di air keruh," kata Dodi.
Dia juga mengatakan, warga tidak ada yang mengenali pelaku perusakan. "Pasti bukan orang sini,". Akibat peristiwa ini, terang Dodi, tidak ada korban luka. Warga juga tidak ada yang mengungsi. "Ini kampung kami, kami beraktivitas seperti biasa," sebutnya.
Atas kejadian ini, Dodi menyayangkannya. Dia berharap kejadian serupa tak terulang. Dia juga minta semua pihak menahan diri. "Kenapa kita tak bisa hidup berdampingan dan saling menghargai," kata dia. Dodi menambahkan, pihaknya belum melporkan perusakan ini ke polisi. Dia mengaku mau menghitung kerusakan terlebih dahulu. "Nanti akan melapor," kata dia.
CANDRA NUGRAHA