TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengusulkan agar Ujian Nasional dibuat dengan sistem seperti Test of English as a Foreign Languange (TOEFL). Cara itu dinilai memberikan kesempatan bagi anak untuk memperbaiki kelemahan dalam pelajaran.
"Selama ini Ujian Nasional dilaksanakan tiga hari seolah menjadi penentu hidup mati siswa selama tiga tahun," ujar Ketua KPAI Badriah Fayuni di kantornya, Jakarta, Senin 6 Mei 2013. Menurut dia, cara itu memaksakan siswa untuk memahami materi pelajaran yang belum tentu dikuasai.
Badriah menganggap, cara seperti tes TOEFL bisa dilakukan sesuai dengan perkembangan kemampuan siswa. Misalnya, ucap dia, seorang siswa yang sudah merasa mampu pada bab tertentu, maka bisa langsung mendaftar untuk ikut tes. "Setelah keluar hasilnya, dievaluasi kelemahannya pada bab apa saja," ucapnya.
Ia mengusulkan ujian tersebut dilakukan beberapa kali dalam setahun. Menurut KPAI, ujian yang dibuat bertahap juga bisa meringankan beban guru. "Kami pernah menerima keluhan dari sejumlah guru yang menangis karena terbebani dengan hasil Ujian Nasional. Kalau hasilnya jelek atau ada siswa yang tidak lulus, mereka khawatir sekolahnya tidak diminati lagi," ucap Badriah.
Badriah menjamin pelaksanaan ujian bertahap bisa mengurangi tingkat stres siswa. Siswa diharapkan bisa belajar sesuai dengan target. Jadi, persiapan benar-benar dilaksanakan untuk jangka panjang. Selain menuntut penghapusan Ujian Nasional, KPAI juga meminta peningkatan kualitas guru.
SATWIKA MOVEMENTI
Topik Terhangat:
Pemilu Malaysia | Harga BBM | Susno Duadji | Ustad Jefry | Caleg
Baca juga:
Ini Motif Perbudakan Buruh Panci di Tangerang
Massa Bakar Al-Quran di Masjid Jemaat Ahmadiyah
Ini Kata Dubes Inggris Soal Kantor OPM di Oxford
Anwar Ibrahim Berkicau Menangkan Pemilu Malaysia