TEMPO.CO, Surabaya - Kolaborasi dua badan usaha milik negara, PT Adhi Karya dan PT Pelabuhan Indonesia III (persero) berencana membangun sistem automated container transport (ACT) di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Juru bicara Pelindo III, Edi Priyanto, mengatakan konsep pembangunan ACT ini guna mengurangi kepadatan curah kering dan general cargo berupa peti kemas di Tanjung Perak.
Pelindo III sudah meneken nota kesepahaman dengan Adhi Karya tentang rencana proyek ACT, yang bakal menghubungkan Tanjung Perak dengan Terminal Multipurpose Teluk Lamong. Nantinya, Petikemas akan diangkut secara otomatis tanpa operator dari Tanjung Perak ke Teluk Lamong dan sebaliknya. "Mungkin menggunakan media rel, ada stasiun penurunannya juga. Tapi tidak melibatkan PT KAI," kata Edi saat melakukan inspeksi ke proyek Teluk Lamong, Kamis 9 Mei 2013.
Dalam tiga bulan kedepan, Pelindo III menargetkan desain fisik dan konsep pembangunan ACT rampung. Dengan begitu, proyek segera dikerjakan dan paralel dengan penyelesaian proyek Teluk Lamong. Edi mengatakan tim masih bekerja menyusun kelayakan studi proyek ini, yang mencakup kajian investasi, legal, kondisi permukaan tanah dan stasiun bongkar muat petikemas.
Apabila jalur laut dirasa paling ekonomis, aman dan layak, Edi memastikan proyek ACT akan lewat perairan seperti halnya tol Benoa di Bali. Dalam proyek ini, Pelindo III sebagai penyedia jasa kepelabuhan dan Adhi Karya selaku pelaksana jasa konstruksi infrastruktur pelabuhan. "Jika sudah beroperasi, kami juga sepakat membentuk anak usaha yang mengoperasikan ACT ini," ucapnya.
Harry Dharmawan, Pemimpin Proyek Teluk Lamong, memastikan pengerjaan dermaga paket A (internasional) dan A Aksen (domestik) kelar akhir tahun ini. Paket B meliputi pengerjaan jembatan penghubung, lapangan penumpukan, lahan parkir akan selesai April 2014. Paket C adalah reklamasi dengan batas pantai sepanjang 1,7 kilometer, kelar Agustus 2013.
Paket D pembangunan gedung perkantoran selesai akhir 2013, serta paket E pengadaan alat angkut dan sistem operasi. Terminal Teluk Lamong dilengkapi dengan 30 unit head truck and chassis (truk pengangkut), 5 unit container crane, 2 unit ship unloader (pemindah barang), 2 unit conveyor (ban berjalan), serta 10 unit automatic stacking crane.
Proyek perluasan Pelabuhan Tanjung Perak dengan nilai investasi Rp 3,4 triliun ini, kata Harry, rencananya beroperasi April 2014 atau paling lambat semester I tahun depan. Soal interkoneksi dengan jalur kereta api, Harry sudah berbicara dengan PT KAI dibawah koordinasi sekretaris wakil presiden.
Namun, dia belum bersedia menyampaikan konsep riil interkoneksi kereta api dengan Teluk Lamong ini. "Masih kajian dan evaluasi, karena menyangkut amdalalin, kebutuhan, efektifitas dan efisiensinya. Termasuk kemungkinan pembangunan tol simpang susun juga sudah dibahas," katanya.
DIANANTA P. SUMEDI