TEMPO.CO, Solo - Masa pelarian Wiji Thukul diwarnai berbagai rumor. Salah satunya informasi bahwa ia pernah menikah lagi ketika menjadi pelarian di Kalimantan pada 1996-1997. Informasi tentang itu juga sempat didengar Dyah Sujirah alias Sipon, istri Wiji Thukul.
Pada sekitar Januari 1997 ketika masih masa bersembunyi di Kalimantan, Thukul pernah pulang ke Solo menemui Sipon. Ketika itu ia bercerita tentang seorang perempuan yang sedang hamil dan meminta Sipon membuatkan pakaian bayi, dari popok sampai gurita (kain penutup dada dan perut khusus untuk bayi). Sipon yang penasaran bertanya siapakah perempuan hamil tersebut. “Kamu cemburu?” ujar Thukul sembari tertawa.
Sipon menampik pertanyaan sekaligus tudingan dari suaminya tersebut. Dia malah berujar kepada Thukul bahwa ia memahami jika seorang pria lebih susah menahan hasrat seksual ketika jauh dari pasangannya. Sipon menduga bahwa Thukul menikah lagi selama masa pelariannya itu dan perempuan hamil tersebut adalah istri mudanya. Namun, Thukul tidak bersedia mengatakan siapa perempuan tersebut.
Meski dibakar api cemburu, Sipon tetap pergi ke Pasar Klewer membeli kain. Malamnya dia menjahit popok serta gurita bayi yang dipesan Thukul. Keesokan harinya Thukul pamit pergi lagi. Sipon masih ingat sempat menanyakan jenis kelamin si bayi kepada sang suami, yang tampak berat untuk berangkat. Ketika ditemui Tempo di rumahnya Maret lalu, Sipon masih belum tahu untuk siapa baju-baju bayi itu.
Majalah Tempo menelusuri kebenaran informasi tersebut. Ternyata Thukul tidak pernah menikah di Kalimantan. Ia memang sempat tinggal di Pontianak bersama Martin Siregar, aktivis asal Medan yang juga sempat dikejar pemerintah Orde Baru. Ketika itu istri Martin, Idawaty, sedang hamil. Baju-baju bayi itu diberikan Thukul ke Idawaty sebagai hadiah kelahiran bayinya.
Baca selengkapnya Edisi Khusus Teka-teki Wiji Thukul, Tragedi Seorang Penyair(http://majalah.tempo.co/).
AGUNG SEDAYU/TIM TEMPO