TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), Departemen Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama menghimbau seluruh masyarakat agar waspada terhadap masuknya Corona Virus atau Virus Timur Tengah yang mirip SARS. Saat ini, Corona Virus yang memiliki nama ilmiah MERS-CoV atau Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus ini telah menular antar manusia.
"Sebagai kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya penyakit ini ke Indonesia kami telah membuat surat edaran ke Dinas Kesehatan dan KKP seluruh Indonesia, perihal kewaspadaan Corona Virus," ujar Tjandra Yoga dalam surat elektroniknya, Sabtu dua minggu lalu. Pengawasan terhadap menyebarnya Corona Virus mulai dilakukan, terutama pada pasien yang sudah terinfeksi SARS.
Pengawasan tidak hanya dilakukan pada pasien di rumah sakit, melainkan pula di pintu masuk bandara, terutama pada penumpang yang memiliki gejala demam, batuk, dan kesulitan bernafas. Tjandra berkali-kali menghimbau terutama Jamaah Haji yang melakukan Umroh ke Saudi Arabia untuk selalu waspada. "selalu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) termasuk cuci tangan pakai sabun (CTPS)," kata Tjandra. "Meski begitu, jangan panik," tambahnya.
Meski cara menginfeksinya hampir mirip dengan SARAS, Corona Virus memiliki susunan sel dan cara kerja yang berbeda. Virus ini menyerang saluran pernapasan, lapisan paru-paru dan dapat mengakibatkan gagal ginjal. WHO menyebutkan, angka kematian fatal bagi pasien yang sudah terinfaksi Corona Virus mencapai 66,6 persen. Sejak September 2012 hingga Mei 2013 terdapat 34 kasus Corona Virus, yang menyebabkan 18 orang di antaranya meninggal dunia.
CHETA NILAWATY
Teknologi Bisa Sebabkan Demensia
Foto: livescience.com
TEMPO.CO, Jakarta - Di era kini, kemajuan teknologi semakin pesat. Aktivitas manusia seakan tidak lagi lepas dari peralatan elektronik. Namun riset terbaru menunjukkan, kehidupan modern dapat menyebabkan demensia atau kerusakan otak lebih awal. Para ahli pun menyalahkan tingginya penggunaan PC, ponsel, peralatan elektronik, dan bahan kimia sebagai penyebab rusaknya fungsi otak. Menurut penelitian Bournemouth University, Inggris, penyebab kematian tertinggi di 16 negara karena kerusakan syaraf.
“Ini bukanlah faktor genetik karena periodenya terlalu singkat,” ujar pemimpin penelitian, Profesor Colin Pritchard di Daily Mail. Selain itu, akan ada hal yang mempengaruhi orang-orang di sejumlah negara. Dan epidemik ini dipengaruhi lingkungan serta perubahan sosial. "Seperti, wanita lebih mudah terpengaruh karena kehidupan mereka memiliki periode yang cepat berubah dibandingkan pria.”
Amerika Serikat menjadi negara dengan jumlah kematian tertinggi yang disebabkan penyakit saraf sepanjang 1979 sampai 2010. Sementara itu, Inggris menampati posisi ke empat berdasarkan data statistik World Health Organization (WHO). Di negara kerajaan itu, jumlah penderita penyakit syaraf lebih banyak dialami wanita, mencapai 48 persen. Sementara pria penderita penyakit syaraf berjumlah 32 persen. Adapun jumlah kematiannya meningkat dari 4.500 orang menjadi 6.500.
Public Health Journal menyebutkan, teknologi menjadi epidemik tersembunyi yang menyebabkan kematian di bawah usia 74 tahun, terutama di Inggris. Total jumlah kematian karena dimensia di 16 negara pun meningkat signifikan. Bahkan jumlahnya sangat kontras bila dibandingkan dengan penyakit penyebab kematian lainnya.
Pritchhard mengatakan, statistik itu sangat mengancam masyarakat, terutama keluarga. “Kita harus mengenali seberapa besar epidemik ini betul-betul mempengaruhi lingkungan dan perubahan sosial,” ucapnya. Selama 30 tahun terakhir, terjadi ledakan produk elektronik, radiasi, PC, microwave, televisi, ponsel, dan polusi bahan kimia. "Tidak ada satupun faktor yang memiliki interaksi kuat antara pemicu perubahan lingkungan dengan perubahan kondisi."
DAILY MAIL | SATWIKA MOVEMENTI
Topik Terhangat
PKS Vs KPK | Edsus FANS BOLA | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh
Berita Terpopuler
78 Ribu Orang Terdaftar untuk Pindah ke Mars
Ungkap Situs Gunung Padang, Tim Nasional Dibentuk
Semua Laptop Stasiun Antariksa Kini Pakai Linux