TEMPO.CO, Bandung – Direktur Pemasaran dan Layanan Purna Jual PT Honda Prospect Motor Jonfis Fandy menilai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak mempengaruhi penjualan mobil di Indonesia. "BBM naik dan penjualan mobil di Indonesia itu tidak ada hubungan kuat dalam jangka panjang," katanya saat ditemui di Padma Hotel, Senin malam, 13 Mei 2013.
Ia menyebut ada beberapa faktor yang tetap mendorong pertumbuhan angka penjualan mobil di Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan. Jonfis berpendapat, dengan kondisi sebagai negara kepulauan, masyarakat Indonesia masih tetap membutuhkan mobil sebagai alat transportasi.
"Ya BBM itu sebenarnya kalau harganya naik, susah, tapi kalau tidak naik juga susah," ucapnya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengaku menyadari subsidi yang dikeluarkan untuk BBM sudah terlalu besar. Ia berharap untuk menguranginya pada Mei 2013. Ini, artinya harga BBM akan dinaikkan.
"Insya Allah, kami akan mengambil langkah yang penting (untuk mengurangi subsidi) bulan depan," ujarnya, seperti dikutip Reuters di sela lawatannya ke Singapura, beberapa waktu lalu.
Subsidi BBM telah menghabiskan sekitar Rp 300 triliun atau 15 persen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun lalu. Tanpa perubahan kebijakan yang tepat, jumlahnya diperkirakan akan bertambah tahun ini.
Jonfis pun menyatakan masih menantikan kepastian kenaikan harga BBM. "Dengar-dengar mestinya diputuskan awal Mei, tapi ternyata belum juga," katanya. Menurut dia, pemerintah seharusnya menaikkan harga BBM bersubsidi jika memang diperlukan. (Klik berita lengkap Kenaikan BBM)
MARIA YUNIAR
BISNIS Terhangat
Layanan Blackberry Alami Gangguan
Mau Masuk BPK, Misbakhun: Saya Tidak Punya Dendam
Iran Mengekspor Minyak ke Cina via Indonesia
Topik Terhangat:
Teroris | E-KTP | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh