TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Siti Juliantari Rachman menuntut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh untuk terbuka terkait Sekolah Menengah Atas yang masuk daftar hitam Perguruan Tinggi Negeri untuk program Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri. "Ini merugikan murid dan orang tuanya, banyak yang enggak tahu," kata dia di kantor Kementerian dan Kebudayaan di Jakarta, Rabu, 15 Mei 2013.
Tari menjelaskan, beberapa SMA masuk daftar hitam melalui SNMPTN melalui jalur undangan. Yakni yang berdasarkan nilai rapor. Beberapa SMA tersebut, ketahuan 'mencuci' nilai rapor siswanya dengan menambah nilai siswa agar diterima di PTN tertentu. Sehingga ketika menjalani pendidikan di PTN, kualitas siswa cenderung tidak sesuai dengan nilai yang disandang. "Ada yang drop out segala," kata Tari menjelaskan.
Tari menilai, PTN dan pihak sekolah terkesan sama-sama menutup-nutupi daftar hitam ini. PTN tidak pernah mengumumkan secara terbuka sekolah mana saja yang masuk daftar hitamnya. Begitu juga sekolah, tidak pernah mengakui masuk daftar hitam PTN mana.
Daftar hitam ini, kata Tari, juga berpengaruh untuk siswa SMP yang hendak masuk SMA. "Mana mau masuk SMA yang diblacklist di mana-mana?" kata dia.
Menurut Tari, pada tanggal 8 Februari 2013 lalu, Nuh pernah berjanji untuk segera mengungkap tentang daftar hitam ini. Namun sampai sekarang janji itu tidak ada realisasinya.
TRI ARTINING PUTRI
Topik Terhangat:
PKS Vs KPK| E-KTP |Vitalia Sesha |Ahmad Fathanah |Perbudakan Buruh
POLITIK Terkait
Ombudsman Panggil Menteri Nuh Pekan Depan
Perjokian UMM Melibatkan Tiga Sindikat
Klien Joki Ujian Masuk UMM Bayar Rp 250 Juta
Joki UMM Diseleksi Jaringan Profesional