TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Faisal Basri, menilai Pemilihan Umum 2014 mendatang tidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan akan berkisar di level 6,7 persen, naik dibanding pencapaian tahun ini yang diperkirakan sebesar 6,4 persen.
“Selama ini dari pemilu masa sebelumnya juga tidak terlalu menekan pertumbuhan ekonomi kita,” ujarnya dalam acara Investor Forum 2013 di Hotel Ritz Carlton, Rabu, 15 Mei 2013.
Bekas calon gubernur independen Jakarta ini menambahkan, pasar modal juga tidak akan terguncang dengan tahun politik yang mulai pada tahun ini. Menurut dia, investor baik asing maupun lokal tidak begitu mempedulikan kondisi politik di Indonesia.
“Karena mereka melihat penduduk Indonesia usia kerja masih banyak dan potensial, juga kelas menengah yang tumbuh,” ujarnya. Khusus untuk Indeks Harga Saham Gabungan, ia memprediksi, angkanya akan tumbuh year on year 25,38 persen.
Faisal menegaskan, siapa pun yang menjadi presiden dan duduk sebagai wakil rakyat tidak akan mengubah banyak target pertumbuhan baik di pasar modal, riil, maupun keuangan. Sebab, saat ini kondisi politik dan ekonomi Indonesia sudah mampu berjalan masing-masing tanpa terlalu mempengaruhi satu sama lain. “Buktinya setiap tahun politik pertumbuhan kita cukup tinggi.”
Ekonom dari PT Bank Mandiri Tbk. (Persero) Destry Damayanti menambahkan, pada tahun 2014 Pemilu justru dapat menjadi penopang pertumbuhan dan mesin penggerak ekonomi. “Persaingan ketat makin bagus karena dana yang dikucurkan makin besar dan belanja pemerintah akan meningkat,” ucapnya.
RIRIN AGUSTIA