TEMPO.CO, Phnom Penh - Sebuah pabrik sepatu di Provinsi Kampong Speu, sebelah barat Phnom Penh, ibu kota Kamboja, runtuh menyebabkan sedikitnya dua karyawan yang sedang bekerja tewas dan melukai enam lainnya. Keterangan tersebut disampaikan juru bicara kepolisian kepada media, Kamis, 16 Mei 2013.
"Tim penyelamat sedang bekerja mencari sejumlah orang yang masih tertimpa reruntuhan. Setidaknya enam orang cedera," kata polisi.
Khem Pannara, Kepala Kepolisian Distrik di kawasan Provinsi Kampong Speu, mengatakan, konstruksi atap bangunan sangat buruk digunakan untuk menyimpan peralatan dan bahan, sehingga atap tak sanggup menahan beban berat.
"Kami telah mengangkat seluruh puing bangunan, saya pikir sudah tak ada korban lagi yang tertimpa reruntuhan," ujarnya, Kamis, 16 Mei 2013.
Industri garmen merupakan penyerap tenaga kerja terbesar di Kamboja untuk tujuan ekspor. Lebih dari setengah juta jiwa rakyat Kamboja bekerja di industri garmen dan sepatu dengan gaji mulai dari US$ 61-US$ 75 (Rp 595 ribu-Rp 730 ribu) per bulan. Banyak di antara pakaian produksi Kamboja untuk memenuhi pasar Amerika Serikat dan Eropa dengan nilai ekspor mencapai US$ 4 miliar (Rp 39 triliun) pada 2012..
"Saban hari tak kurang dari 100 orang bekerja di sini, namun saya tidak tahu berapa banyak jumlah yang bekerja saat gedung runtuh," kata Sokny, 29 tahun. "Saya kaget, saya menangis. Saya melihat darah berceceran di puing bangunan," katanya kepada kantor berita AFP.
Sejumlah laporan menyebutkan, saat pabrik runtuh, sekitar 100 orang sedang bekerja di dalam pabrik. "Kami tak bisa mengatakan berapa banyak yang terperangkap di dalam puing bangunan," kata seorang kepala kepolisian setempat kepada kantor berita AFP.
Laporan lain menulis, kemungkinan besar penyebabnya runtuhnya pabrik yang dimiliki oleh warga negara Taiwan ini adalah peralatan berat yang ditempatkan di bagian atas gedung. "Kami sedang bekerja seperti biasanya, tiba-tiba potongan batu bata dan baja menimpa kami," kata Kong Thary pekerja berusia 25 tahun seperti dikutip kantor berita Associated Press.
BBC | AL JAZEERA | CHOIRUL
Terpopuler