TEMPO.CO, Jakarta- Keringat masih membasahi wajah Tiekpho Ivander. Mengenakan kaos berwarna putih dan celana training pendek tidak tampak rasa lelah di wajahnya saat diwawancarai wartawan. Peraih medali emas di kategori junior kelas di bawah 73 kilogram pada Kejuaraan Taekwondo Asia ke-11 di Myanmar pekan lalu, sangat giat berlatih.
“Baru saja selesai latihan,” ucap Tiekpho di kantor Universal Taekwondo Indonesia Profesional (UTI Pro) di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta, Kamis, 16 Mei 2013. Tiekpho yang di final mengalahkan taekwondoin asal Malaysia, Khir Amir Salam, dengan angka 6-3, mengaku senang bisa bergabung dengan UTI Pro. Medali emas di Myanmar itu merupakan medali pertamanya.
Ia menuturkan, awal mula bergabung ke UTI Pro atas saran ayahnya. Tiekpho yang berasal dari Riau kemudian memutuskan pindah ke Jakarta untuk fokus menjadi atlet taekwondo. Perjuangannya pun tidak sia-sia. Kendati memilih menjadi atlet dan harus berlatih intensif, Tiekpho tak meninggalkan bangku sekolah. Oleh UTI Pro, ia disekolahkan di SMA Ragunan.
Ia mendapatkan uang saku sebesar Rp 2,5 juta per bulan. Uang sakunya bertambah lantaran ia bisa menyabet emas di Myanmar kemarin. “Semula uang saku saya Rp 1,5 juta per bulan,” kata dia. Selain itu, ia juga mendapat beragam fasilitas selama tinggal di mess UTI Pro. Di mess tersebut total terdapat 40 taekwondoin binaan UTI Pro.
Pelatih UTI Pro, Rahadewi Neta, mengklaim uang saku yang dikantongi oleh atlet binaannya berada di atas rata-rata atlet Pelatnas SEA Games. Para taekwondoin SEA Games merupakan atlet amatir di bawah naungan Pengurus Besar Taekwondo Indonesia. Ia menyebutkan taekwondoin UTI Pro yang telah meraih banyak medali uang sakunya bisa mencapai Rp 4 juta sampai Rp 6 juta. “Bergantung pada prestasi mereka,” papar dia.
Dari sisi fasilitas, setiap taekwondoin UTI Pro tinggal di tempat pemusatan latihan yang menyatu dengan kediaman Pembina YUTI dan UTI Pro, Lioe Nam Khiong.
Selain sekolah ditanggung, bila cedera taekwondoin itu diobati di rumah sakit. Tempat pemusatan latihan mereka dilengkapi dengan beragam sarana olahraga, semisal lapangan bola sasket, badminton, kolam renang, sauna, dan pijat. “Para taekwondoin juga mendapat pelajaran privat bahasa Inggris. Yang tidak ada hanya jogging track,” kata Neta sambil tersenyum.
ADITYA BUDIMAN