Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sang Reduksionis

image-gnews
Arsitek Tan Tjiang Ay. Tempo/Aditia Noviansyah
Arsitek Tan Tjiang Ay. Tempo/Aditia Noviansyah
Iklan
Tan Tjiang Ay adalah arsitek yang dikenal dengan bangunan-bangunannya yang sederhana. Ia tidak mendesain rumah yang penuh ornamen dan pernak-pernik pemanis. Simpel dan tidak ingin berteriak. Namun, Tan menolak jika dibilang bangunannya minimalis. Ia lebih suka menyebutnya sebagai rediksionis. Mereduksi ornamen tak penting dan kembali ke unsur-unsur mendasar pada bangunan.

Bulan lalu kami menemuinya di studionya di Bandung, sebuah rumah dari kayu jati yang dibangun Belanda pada 1920 untuk pegawai rendahan. Ia juga tampil sederhana, kemeja katun putih, celana khaki, dan sepatu sandal. Di sela-sela perbincangan, burung-burung di halaman belakang rumahnya berkicau bersahutan.


Apa yang pertama Anda lakukan saat ada yang minta dibuatkan rumah?
Mengetahui kehidupan yang akan dilakukan dalam bangunan itu. Rumah buat si A, berbeda dengan rumah buat si B, karena kehidupan yang mereka lakukan berbeda. Kalau saya bisa menjiwai kehidupan itu, maka jadinya akan bagus.


Penjiwaan itu penting?
Ada seseorang datang dan minta dibuatkan masjid. Saya jawab, "Saya bisa membuat bangunan yang nyaman, perbandingannya oke, indah. Bangunan itu bisa Anda gunakan untuk masjid, tapi penghayatannya saya terhadap Islam itu tidak ada. Saya hanya bisa membuat satu bangunan yang bisa Anda gunakan untuk masjid." Masjid itu bukan sekadar bangunan, melainkan sebuah jiwa. Kalau saya tidak menjiwai itu, bagaimana saya bisa membuatnya?


Apa yang paling Anda jiwai?
Saya manusia, butuh rumah, jadi pasti bisa menghayati bagaimana rumah yang baik. Tapi, saya juga tidak bisa membuat home. Saya membuat satu bangunan yang bisa digunakan untuk home.


Maksudnya?
Seorang arsitek memang membuat bangunan, tapi ikhtiarnya bukan hanya itu. Ia sebenarnya sedang merancang semacam kehidupan. Arsitektur adalah kehidupan.


Jadi, kita tidak bisa memahami arsitektur hanya dengan melihat bentuk bangunannya?
Ketika berbicara tentang arsitektur, yang biasanya terbayang oleh kita adalah bentuk bangunannya. Padahal, yang digunakan adalah kekosongan di dalamnya, ruang yang di balik bangunan itu. Sayangnya, banyak sekali majalah meliput bangunan, tapi semua hanya membahas tampilan luarnya.


Banyak yang mengatakan bangunan Anda bergaya minimalisme.
Daripada dibilang minimalis, saya lebih senang dibilang reduksionis. Saya itu mereduksi.


Apa yang direduksi?
Unsur. Jadi kalau cukup dengan satu garis, jangan buat dua. Kalau cukup dua, jangan buat tiga. Ornamen yang tidak diperlukan, buang saja.


Anda modernis sekali, mengamalkan kredo form follows function.
Anda boleh katakan apa saja, dengan jargon yang bombastis. Tapi, intinya adalah, saya membuat yang perlu saja. Ini saya pelajari dari profesor-profesor saya yang asli Belanda. Begitu saya membuat garis yang tidak semestinya, dia yang berdiri di belakang saya langsung saja mengatakan: "Biasa saja lah, biasa saja sudah cukup gila." Buru-buru saya mengambil penghapus. Jadi, sekarang ini saya lebih banyak bekerja dengan penghapus daripada pensil. Syukur-syukur kita bisa membawa ini dalam kehidupan, dibuat sederhana saja hidup ini. Saya rasa semua agama itu kok mengajarkan itu, hidup ini enggak usah neko-neko.


Jadi, dari dulu Anda mengambil gaya seperti ini?
Tidak. Dulu, desain saya genit. Zaman itu (1980-an) memang zaman yang genit. Seperti orang baru keluar dari salon. Jadi bukan gadis desa yang benar-benar cantik. Unsur-unsurnya kurang elementer.


Maksudnya kurang elementer?
Anda tahu T-shirt? Itu busana yang elementer. Dari zaman kakek saya bentuknya tidak berubah. Desainnya awet, karena hanya memiliki unsur yang mendasar. Unsurnya elementer, menurut fungsinya.


Kalau ornamen pemanis dibuang, apa bangunan tidak jadi kaku?
Anda tidak bisa bilang gadis desa yang tidak ke salon adalah kaku. Banyak yang bilang, saya itu cuma membuat kotak. Itu karena mereka mungkin kurang mengerti. Pak Han Awal, arsitek yang sangat saya hormati, karyanya sangat sederhana, simpel, tapi bukan minimalis. No ornaments needed. Karena ornamen itu sudah disasjikan oleh Yang Maha Kuasa. Saya meminjam ornamen dari Tuhan. Itulah kenapa ada banyak jendela lebar atau lubang pada dinding pada karya saya. Itu untuk melihat pemandangan yang hijau.


Selain memanfaatkan alam sekitar, apa lagi elemen yang Anda pakai agar bangunan tanpa ornamen berlebih itu menjadi bagus?
Unsur-unsur elementer yang lebih luhur itu seperti ruang, cahaya, ambience, ritme, kontras...


Selain mereduksi ornamen, Anda juga suka mereduksi luas bangunan?
Ruang yang paling mewah di dunia ini adalah unbuilt space, lahan yang tidak dibangun. Bangunan itu merusak, jadi buat kerusakan sesedikit mungkin.


Termasuk ukuran kamar? Anda kalau membuat kamar ukurannya cuma 4 x 4 meter...
Selama aktivitas Anda di dalam kamar hanya tidur dengan mata terpejam ya untuk apa kamar besar? Tapi kalau ternyata Anda mau main sepakbola di kamar tidur, bilang sejak awal, maka saya buatkan yang besar. Saya juga pernah membuat kamar madi 6 x 6 meter, karena klien saya sebelumnya bilang, dia tidak hanya mandi di kamar mandi, ada aktivitas ini-itu.


Bagaimana Anda membuat bangunan? Bagaimana ide-ide itu muncul?
Anda itu bertanya seakan-akan apa yang saya lakukan itu mistis. Itu sama saja dengan bertanya kepada pengguna sepeda, Pak Anda pakai sepeda rodanya cuma dua kok enggak jatuh? Merancang bangunan itu seperti naik sepeda, tidak ada teori yang aneh-aneh. Membuat bangunan itu harus alami, jangan dibuat-buat. Seperti cara jalan, ya kalau cara jalan saya tidak gagah, jangan digagah-gagahin.


Qaris Tajudin

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


DKI Lanjutkan Sumur Resapan pada 2023, tapi Tidak Masif karena Banyak Kendala

16 November 2022

Kondisi sumur resapan di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu, 1 Desember 2021. TEMPO/Ridho Fadilla
DKI Lanjutkan Sumur Resapan pada 2023, tapi Tidak Masif karena Banyak Kendala

Pemprov DKI harus teken memorandum of understanding (MoU) untuk mendirikan sumur resapan di aset milik TNI dan polisi.


Wali Kota Tinjau Rencana Lokasi Pembangunan Kampus IAIN Bima

5 Oktober 2021

Walikota Bima Tinjau Rencana Lokasi Pembangunan Kampus IAIN
Wali Kota Tinjau Rencana Lokasi Pembangunan Kampus IAIN Bima

Beberapa sekolah yang menjadi tujuan kunjungan kerja Walikota Bima akan menjadi alternatif pembangunan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) .


Anies Baswedan Larang PT Jakpro Bangun Stadion BMW, Jika..

28 Desember 2018

Seorang warga melintas di lahan Taman BMW di Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, 4 Desember 2018. Tempo/Imam Hamdi
Anies Baswedan Larang PT Jakpro Bangun Stadion BMW, Jika..

Anies Baswedan menargetkan pembangunan Stadion BMW yang digarap PT Jakpro sudah bisa dimulai tahun depan.


Pembangunan Gedung World Capital Tower Dipercepat

28 Agustus 2017

Ilustrasi pembangunan gedung. TEMPO/Imam Sukamto
Pembangunan Gedung World Capital Tower Dipercepat

Progres pembangunan gedung World Capital Tower (WCT) di Mega Kuningan sudah mencapai 70 persen.


Kompensasi KLB Pengembang di Jakarta Tercatat Rp 2,3 Triliun  

16 Agustus 2017

Suasana bangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Rawa Bebek di Jakarta Timur, 6 Januari 2016. ANTARA FOTO
Kompensasi KLB Pengembang di Jakarta Tercatat Rp 2,3 Triliun  

Pemerintah DKI Jakarta mengalihkan pencatatan piutang atas kewajiban kompensasi pelampauan koefisien lantai bangunan (KLB).


Alasan DPD Ingin Bangun Gedung Baru  

11 Agustus 2017

Ketua DPD Oesman Sapta Odang menggelar open house pada hari kedua Lebaran di rumahnya di Jalan Karang Asem Utara, Jakarta, 26 Juni 2017. TEMPO/Arkhelaus Wisnu
Alasan DPD Ingin Bangun Gedung Baru  

Ketua DPD Oesman Sapta Odang menjelaskan alasan pentingnya pembangunan gedung baru untuk lembaganya.


Pembangunan Signature Tower, SCBD akan Surati Presiden  

13 Juli 2017

Lokasi pembangunan gedung pencakar langit, Signature Tower di kawasan Sudirman Central Bussines District (SCBD) masih kosong dan belum ada aktifitas pembangunan. Jakarta, Sabtu, 8 April 2017. Tempo/Fajar Pebrianto
Pembangunan Signature Tower, SCBD akan Surati Presiden  

Pemprov DKI Jakarta juga perlu membahas kawasan terpadu SCBD, tempat Signature Tower dibangun.


DKI Tunda Bahas Izin Pembangunan Gedung Tertinggi se-Asean

16 Juni 2017

Lokasi pembangunan gedung pencakar langit, Signature Tower di kawasan Sudirman Central Bussines District (SCBD) masih kosong dan belum ada aktifitas pembangunan. Jakarta, Sabtu, 8 April 2017. Tempo/Fajar Pebrianto
DKI Tunda Bahas Izin Pembangunan Gedung Tertinggi se-Asean

Danayasa Arthatama sudah membuat panduan rancang kota atau urban design guidelines (UDGL) di kawasan perkantoran itu.


Desain Gedung Kesenian Jawa Barat Dipilih Lewat Sayembara

13 Mei 2017

Wakil Gubernur Deddy Mizwar memaparkan pandangannya dalam diskusi bertema bincang-bincang banjir Bandun Selatan di Aula Barat ITB, Bandung, Jawa Barat, 26 Mei 2016. Pihak pemerintah yang diwakili Wakil Gubernur Deddy Mizwar mewacanakan penegakan hukum yang lebih keras karena permasalahan DAS Citarum melibatkan beberapa kabupaten. TEMPO/Prima Mulia
Desain Gedung Kesenian Jawa Barat Dipilih Lewat Sayembara

Wakil Gubernur Jawa barat, Deddy Mizwar, mengatakan desain pemenang sayembara pembangunan gedung kesenian Jawa Barat diumumkan pekan depan.


Gedung Baru Bareskrim Polri Habiskan Dana Rp 646 Miliar  

20 April 2017

Kepala Polri, Jenderal Tito Karnavian dan Kepala Badan Narkotika Nasional, Budi Waseso, hadir dalam acara groundbreaking pembangunan gedung Bareskrim Mabes Polri Sisi Barat di Jakarta, 20 Februari 2017. Tempo/Fajar Pebrianto
Gedung Baru Bareskrim Polri Habiskan Dana Rp 646 Miliar  

Mantan Kabareskrim Komjen Budi Waseso malu karena banyak tamu asing yang disambut tikus di gedung lama Bareskrim.