TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Pengusahaan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Jobi Triananda Hasjim mengharapkan pemerintah memberi harga liqufied natural gas (LNG) yang lebih murah untuk kebutuhan domestik. Jobi mengatakan jika harga gas di sisi hulu terlalu tinggi, maka akan sulit diserap oleh industri.
"Untuk domestik harganya tentunya harus didukung pemerintah agar tidak terlalu mahal. Karena kalau harga di hulu terlalu mahal, ini kan mau masuk ke industri. industri juga punya keterbatasan daya beli," kata Jobi ketika ditemui di sela perayaan ulang tahun PGN di Monas, Jakarta, Minggu, 19 Mei 2013.
Jobi mengatakan pihaknya sudah beberapa kali melakukan pertemuan dengan BP Tangguh sebagai penjual LNG dari Kilang Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat. Namun, belum ada kesepakatan tertentu mengenai harga ini. "Kami sudah beberapa kali bertemu dengan pihak BP Tangguh. Masih dibutuhkan mediasi dan negosiasi lebih lanjut mengenai harga," kata Jobi.
Jobi mengatakan saat ini rata-rata harga jual gas oleh PGN berkisar US$ 10 per juta british thermal unit (million british thermal unit/MMBTU). Sebelumnya, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini mengatakan rata-rata harga LNG di pasar domestik US$ 11 per MMBTU.
Jobi mengatakan harga tersebut mungkin masih bisa diterima oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero. Soalnya, dengan harga minyak sekitar US$ 20 per MMBTU, penggunaan LNG masih lebih hemat daripada BBM. Namun hitungan pengusaha industri berbeda dengan hitungan PLN.
"Kalau di Papua saja sudah US$ 11, tambah ongkos angkut, tambah regasifikasi, masuk distribusi, harganya menjadi di atas US$ 15 per MMBTU sehingga jadi lebih mahal 50 persen (dari harga gas pipa yang dijual PGN) dan harus ada perhitungan khusus dari sektor industri," kata Jobi.
Mulai 2013, unit penyimpanan dan regasifikasi terapung (floating storage and regasification unit/ FSRU) Lampung milik PGN akan mendapat pasokan 7 kargo LNG dari Kilang Tangguh. Dalam alokasi LNG pada 2013 hingga 2021, FSRU Lampung akan mendapat pasokan 122 kargo LNG yaitu 85 kargo dari Kilang Tangguh, Papua Barat dan 37 kargo dari Indonesia Deepwater Development (IDD) yang dioperasikan Chevron.
BERNADETTE CHRISTINA