Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Hubungan Epilepsi dan Autisme

Editor

Nur Haryanto

image-gnews
Seorang pengunjung melihat sejumlah lukisan karya penyandang autisme saat pameran karya seni Art for Autism di Atrium Grand City, Surabaya, Selasa (2/4). Pameran untuk memperingati Hari Autisme Sedunia  ini sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap penyandang autisme dan juga sebagai kampanye menolak diskriminasi terhadap penyandang autisme. TEMPO/Fully Syafi
Seorang pengunjung melihat sejumlah lukisan karya penyandang autisme saat pameran karya seni Art for Autism di Atrium Grand City, Surabaya, Selasa (2/4). Pameran untuk memperingati Hari Autisme Sedunia ini sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap penyandang autisme dan juga sebagai kampanye menolak diskriminasi terhadap penyandang autisme. TEMPO/Fully Syafi
Iklan

TEMPO.CO, Bath - Penelitian dari Universitas Bath, Inggris, menemukan bahwa orang dewasa penderita epilepsi memiliki ciri-ciri yang lebih tinggi terhadap autisme dan sindrom Asperger (salah satu gejala autisme yang membuat penderitanya memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dengan lingkungannya).

Seperti dilansir dalam Daily Mail (15 Mei 2013), peneliti menemukan, epilepsi mengganggu fungsi neurologis yang mempengaruhi fungsi sosial dalam otak, sifat yang sama terlihat juga pada penderita autisme. Karakteristik ini termasuk gangguan dalam interaksi sosial dan komunikasi.

Sallyann Wakeford, seorang mahasiswa PhD di Departemen Psikologi, mengatakan ciri-ciri ini bisa menjadi 'berat' dan tidak diketahui selama bertahun-tahun. Dan, ini memiliki dampak yang besar pada kehidupan penderitanya.

Seperti dilansir dalam Daily Mail (15 Mei 2013), Dr. Wakeford mengatakan, "Masalah sosial pada penderita epilepsi begitu berat dan penelitian belum menemukan teori yang mendasari untuk menjelaskan hal ini.”

Dr. Wakeford dan rekan-rekannya menemukan bahwa semua jenis epilepsi memiliki risiko peningkatan ciri-ciri autis yang umum. Namun, pada orang dewasa, hal ini terjadi khususnya pada epilepsi lobus temporal (TLE). Para peneliti percaya, hal ini terjadi karena konsumsi obat anti-epilepsi yang seringkali kurang efektif pada penderita TLE. Ciri-ciri autis meningkat dengan adanya gejala kejang.

Dalam penelitian yang didanainya sendiri, Dr. Wakeford melakukan berbagai studi dengan relawan penderita epilepsi dan menemukan bahwa semua orang dewasa dengan epilepsi menunjukkan ciri-ciri autis. "Tidak diketahui apakah orang dewasa memiliki periode perkembangan yang khas pada masa kanak-kanak atau apakah mereka cenderung untuk memiliki ciri-ciri autis sebelum timbulnya epilepsi,” ujar Dr. Wakeford.

"Namun, apa yang diketahui adalah bahwa komponen sosial pada penderita autis dewasa dan penderita epilepsi dapat dijelaskan oleh perbedaan kognitif sosial, yang sebagian besar tidak diakui sampai sekarang."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dr Wakeford, yang menyelesaikan penelitian ini sebagai bagian dari tesis PhD-nya, merasa yakin, temuan ini dapat berguna bagi penderita epilepsi dan autisme. Dia menambahkan, "Epilepsi memiliki sejarah stigma budaya, tapi semakin kita mengerti tentang konsekuensi psikologis epilepsi semakin kita dapat menghapus stigma itu. "Temuan ini memberikan lampu hijau bagi penderita epilepsiuntuk mendapatkan akses ke layanan yang lebih baik, karena perawatan autisme terbuka begitu luas,” tambahnya lagi.

Temuan ini disambut baik oleh Margaret Rawnsley, petugas administrasi penelitian di Yayasan Epilepsi. "Kami menyambut setiap penelitian yang bisa memberikan kita pemahaman lebih tentang epilepsi dan akhirnya meningkatkan kualitas hidup penderitanya. Penelitian ini berpotensi untuk menjadi gerbang untuk pemahaman hubungan antara epilepsi dan kondisi lain, seperti gangguan spektrum autisme," ujarnya.

Mark Lever, Chief Executive dari The National Autistic Society, mengatakan bahwa penelitian ini masih dalam review dan jadi kami berharap masyarakat tidak langsung berkesimpulan. "Di atas semua, hal yang paling penting adalah bahwa kita bekerja untuk memastikan orang dengan autisme menerima dukungan yang mereka butuhkan untuk mencapai potensi penuh mereka," ujar Lever optimis.

DAILY MAIL| ANINGTIAS JATMIKA

Topik terhangat:

PKS Vs KPK
| E-KTP | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah | Perbudakan Buruh

Berita lainnya:

EDISI KHUSUS Cinta dan Wanita Ahmad Fathanah

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

9 hari lalu

Ilustrasi label lolos uji keamanan pangan pada kemasan air minum dalam kemasan.
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).


Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

18 Mei 2022

Dirjen Binwasnaker dan K3 Kemnaker, Haiyani Rumondang.
Kemnaker Gelar Workshop Atasi Tantangan Kesehatan Kerja

Banyak perubahan terjadi pada ketenagakerjaan. Perlu penyiapan untuk perlindungan tenaga kerja.


Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

8 Maret 2022

Ilustrasi wanita pakai masker sambil bekerja. Freepik.com
Tips Mencegah Iritasi Kulit di Belakang Telinga karena Pakai Masker

Potensi peradangan semakin besar apabila seseorang memiliki kulit sensitif dan menggunakan masker dalam waktu yang lama.


Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

30 Desember 2021

Ilustrasi pemeriksaan kesehatan jantung. Shutterstock
Kenali 6 Penyakit Pembuluh Darah yang Paling Umum Terjadi

Penyakit pembuluh darah adalah gangguan yang mempengaruhi sistem peredaran darah dari dan ke organ tubuh.


Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

20 Desember 2021

Ilustrasi Generasi Milenial. all-souzoku.com
Sikap Skeptis Tinggi, Daewoong Gaet 15 Anak Muda Kreatif Galakkan Info Kesehatan

Banyak masyarakat bersikap skeptis terkait bahaya pandemi Covid-19. Untuk tangani hal itu, Daewoong ajak anak muda galakkan info kesehatan


Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

18 November 2021

Ilustrasi Asam Lambung.(TEMPO/Gunawan Wicaksono)
Asam Lambung Naik, Ketahui Posisi Tidur yang Tepat dan Lakukan Diet Asam Lambung

Beberapa hal yang yang harus diperhatikan penderita gangguan asam lambung adalah posisi tidur dan diet.


Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

13 November 2021

Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com
Mengenal Demam Tifoid, Cegah dengan Vaksinasi 3 Tahun Sekali

Indonesia masih endemi demam tifoid atau dikenal dengan sebutan penyakit tipus atau tipes.


Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

11 November 2021

Ilustrasi wanita berjalan kaki. Freepik.com/Katemangostar
Manfaat Berjalan Kaki, Membantu Mengurangi Berat Badan Hingga Mood Lebih Baik

Rutin berjalan kaki setiap hari membantu mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, dan menurunkan berat badan.


Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

30 Oktober 2021

Ilustrasi hidung. shutterstock.com
Sering Pakai Semprotan Hidung untuk Mencegah Covid-19, Begini Cara Kerjanya

Salah satu cara mencegah Covid-19 adalah dengan menyemprotkan cairan khusus ke hidung. Apa kandungan dalam cairan itu dan bagaimana cara kerjanya?


5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

24 Oktober 2021

ilustrasi sakit kepala (pixabay.com)
5 Cara Terhindar dari Sakit Kepala

Penyebab sakit kepala yang dominan terjadi selama pandemi Covid-19 adalah kelelahan dan kurang tidur.