TEMPO.CO, Beijing - Virus flu burung varian H7N9 yang menyerang Cina tiga bulan terakhir menghantam industri unggas di negara tersebut. Pejabat pemerintah menyebutkan Cina mengalami kerugian hingga 40 miliar Yuan atau sekitar Rp 63,58 triliun.
Li Xirong, Kepala Pelayanan Hewan Nasional Cina mengatakan sektor ini mengalami kerugian rata-rata 1 juta yuan setiap hari sejak kasus ini terungkap Maret lalu. “Itu baru angka perkiraan,” katanya seperti dilansir Beijing Times, Senin, 20 Mei 2013.
Li mengatakan penjualan unggas merosot tajam hingga 50 persen dan harganya turun drastis. Selain itu, kerugian lain akibat kasus ini adalah banyak orang yang menganggur. “Industri benar-benar terpukul tahun ini,” kata dia.
Pejabat kementerian pertanian Cina, Wang Zongli mengatakan sejak kasus ini merebak Cina menutup semua pasar unggas yang ada di negara tersebut mulai 6 April lalu. “Rencananya Shanghai akan membuka kembali beberapa pasar unggas namun belum ditentukan waktunya,” kata dia.
Hingga saat ini, virus H7N9 menyerang sekitar 130 orang dimana 35 di antaranya tewas. Virus ini juga menyebabkan satu pria Taiwan, yang kembali dari bekerja di Cina, tewas.
CHINADAILY | RAJU FEBRIAN
Terpopuler
Dengar Pengakuan Maharani, Perasaan Sefti Hancur
Selingkuh, Begini Fathanah Minta Maaf
Ilham Arief Serahkan Rp 7 Miliar ke Fathanah
Cerita Sopir Fathanah Soal Paket Duit ke Luthfi
Bisnis Labora Sitorus Dimulai dari Miras Cap Tikus