TEMPO.CO, Kebumen--Penyandang tuna-netra yang berhak memilik dalam Pilkada Gubernur Jawa Tengah 25 Mei mendatang, mengeluhkan huruf Braille yang tertera dalam surat suara. Mereka menilai huruf terlalu rapat sehingga sulit dibaca.
"Harusnya tulisan dengan spasi agar bisa dibaca," kata Budiono, guru SLB Putra Manunggal Gombong yang juga pemilih berkebutuhan khusus, Selasa 21 Mei 2013.
Ia mengatakan, selain tulisan terlalu rapat dan tak ada spasi, tulisan Braille juga terlalu kecil dan kurang timbul sehingga sulit dibaca. "Untuk kawan-kawan yang jarinya kurang sensitif akan sulit membacanya," ujar Budiono.
Kesulitan lainnya, kata dia, jarak antara nama pasangan calon terlalu mepet. Sehingga dikhawatirkan akan menyulitkan untuk membacanya. "Kami harus didampingi keluarga saat pencoblosan," ia menegaskan.
Mantan Ketua Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Kebumen, Alip Suhadiyanto mengatakan, seharusnya KPU melibatkan penyandang tunanetra saat membuat surat suara. "Kesalahan satu huruf saja, bisa fatal bagi kami," kata Alip.
Anggota KPU Banyumas, Ikhda Aniroh mengatakan, pada saat pemilihan nanti, pemilih tunanetra tetap akan didampingi petugas KPPS. Selain petugas KPPS, pemilih tunanetra juga diperbolehkan untuk menunjukan wakilnya. "Tapi bagi wakil harus mengisi formulir C5 untuk tidak membocorkan pilihan pemilih," ungkap Ikhda.
Ia mengatakan, jika pemilih tunanetra ada kesulitan dengan surat suara nantinya akan dibantu oleh petugas. Hanya saja, petugas dilarang keras untuk mengarahkan pilihan penyandang tunanetra itu.
ARIS ANDRIANTO
Topik Terhangat:
Kisruh Kartu Jakarta Sehat | Menkeu Baru | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah
Berita Terpopuler:
Skenario Tukar Kursi, Lobi Fathanah di Pesawat
Calon KSAD Moeldoko Diingatkan 'Operasi Sajadah'
Diajak Mesum, Gadis Bercadar Nekat Potong 'Burung'
Gadis Bercadar Jadi Tersangka Pemotong 'Burung'
Gadis Bercadar Potong 'Burung', Polisi Terkecoh