Tempo.co, Jakarta-Teknik khitan terus berkembang sehingga orang tua bisa memilihkan teknik yang cocok untuk anaknya. Di antara teknik itu, yang cukup diminati pasien adalah klem (clamp) dengan berbagai jenisnya, electric cauter –yang sering disebut orang awam sebagai teknik laser, dan dorsumsisi –penyempurnaan dari teknik klasik tradisional.
Tulisan tentang sunat diungkap Majalah Tempo edisi terbaru, yang terbit Senin kemarin, bertajuk Membebaskan 'Saluran Air.' Inilah di antara teknik khitan itu, silakan pilih yang mana untuk jagoan Anda?
1. Klem
Pasien dikhitan dengan alat bantu berupa klem sekali pakai. Klem terbuat dari plastik khusus yang bisa dipilih sesuai dengan ukuran penis. Pisau bedah untuk memotong kulup sekali pakai, tanpa jahitan, tanpa perban, pasien dapat beraktivitas seperti biasa pasca-khitan. Bius lokal suntik, perdarahan minimal dan luka khitan tak ada masalah jika kena air. Klem dipakai dan baru copot setelah luka kering antara 3-6 hari setelah khitan. Pencopotan dilakukan dokter saat kontrol.
Menurut dokter Santoso, operator Rumah Sunatan Depok, Jawa Barat, teknik ini cocok untuk anak sampai usia 14 tahun. Anak berkebutuhan khusus, seperti hiperaktif, autis, dan sebagainya bisa ditangani, yang penting ada tenaga untuk menjaga agar si anak tidak banyak gerak. Pasien dengan penis kecil dan obesitas juga tak masalah.
2. Electric Cauter
Operator menggunakan alat khusus dengan gagang dan elemen logam di ujungnya. Saat dialiri listrik, elemen akan panas dan memerah sehingga siap dipakai untuk memotong kulup. Bius lokal suntik, perdarahan minimal, jahitan minimal –bisa tanpa jahit pada bayi, pasien bisa beraktivitas seperti biasa. Cocok untuk semua umur anak. Pada pasien dewasa, jahitan sesuai keperluan.
Anak berkebutuhan khusus, seperti hiperaktif, autis dan sebagainya tidak masalah, begitu juga pasien dengan penis kecil. Luka khitan tak boleh kena air minimal beberapa hari agar luka cepat kering. Tanpa alat yang menggantung di penis seperti metode klem, menurut dokter Lukman Nurdin, operator Pusat Khitan Paramadina, Pengadegan Timur Raya, Jakarta, teknik ini tak membuat pasien ribet.
3. Dorsumsisi
Pemotongan kulit dilakukan dengan gunting atau pisau bedah medis, bukan welat atau sembilu dari bambu tajam laiknya teknik klasik. Bius semprot, pendarahan diusahakan seminimal mungkin, jahitan dan perban dibutuhkan. Luka khitan tak boleh kena air beberapa hari.
Pasca-khitan,seperti diungkap Bardo Djumeno, operator sunat di Juru Supit Bogem, Yogyakarta, pasien dipakaikan cawat dari kain mori katun sebagai penyangga penis agar tak banyak bergerak. Cocok untuk anak dan dewasa. Anak dengan penis kecil, hiperaktif atau autis bisa ditangani.
DWI WIYANA | M. SYAIFULLAH (YOGYAKARTA)