TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Thamrin Sihite menyatakan penghentian aktivitas produksi PT Freeport Indonesia berpotensi mengurangi pendapatan negara. Penghentian operasional ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari proses evakuasi dan evaluasi insiden Big Gossan.
"Dampaknya memang akan ada pendapatan tertunda," kata Thamrin saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Selasa, 21 Mei 2013.
Thamrin menghitung potensi pendapatan tertunda sekitar US$ 1,82 juta (setara dengan Rp 18 miliar) per harinya. Perhitungan tersebut didapat karena dalam kondisi normal, tambang Freeport bisa berproduksi hingga 86 juta ton per hari. "Ya kira-kira pendapatan tertundanya mencapai segitu," ujarnya.
Kendati demikian, pemerintah tidak menargetkan sampai kapan penghentian produksi dilakukan. Pemerintah, kata Thamrin, tetap memprioritaskan upaya untuk mengevakuasi para korban, selanjutnya melakukan evaluasi. "Evaluasi saat ini masih sampai pada tahap pengumpulan data," ujarnya.
Thamrin menolak menyebutkan sanksi yang akan bisa dikenakan pada Freeport. Menurut dia, yang terpenting saat ini adalah menyelesaikan tahapan evakuasi dilanjutkan evaluasi untuk mengetahui penyebab insiden. "Sehingga hal seperti ini tidak terulang lagi," ujarnya.
Baca Juga:
Berdasarkan informasi terbaru dari Badan SAR Nasional, seluruh korban yang tertimbun di dalam runtuhan langit-langit Tambang Big Gosan telah ditemukan, yakni 28 orang meninggal dunia dan 10 orang luka-luka.
AYU PRIMA SANDI
Berita Terpopuler:
Skenario Tukar Kursi, Lobi Fathanah di Pesawat
Calon KSAD Moeldoko Diingatkan 'Operasi Sajadah'
Diajak Mesum, Gadis Bercadar Nekat Potong 'Burung'
Ridwan: Fathanah Sering Tunjukkan Foto Perempuan
Gadis Bercadar Jadi Tersangka Pemotong 'Burung'