TEMPO.CO, Jakarta - Sinyal dihentikannya stimulus moneter dari Federal Reserve membuat indeks membutuhkan sentimen positif baru untuk melanjutkan penguatan.
Analis dari PT Trust Securities, Reza Priyambada, mengatakan pekan ini indeks saham masih berpeluang untuk melanjutkan penguatan apabila ditopang oleh sentimen positif. “Adanya spekulasi bahwa Federal Reserve akan menghentikan stimulus moneternya membuat investor membutuhkan katalis baru untuk melanjutkan aksi beli di pasar saham.”
Stimulus moneter dari Amerika atau Jepang berperan besar pada kenaikan indeks saham karena telah mendorong aliran dana asing masuk ke pasar modal. Kenaikan indeks sehingga beberapa kali mencetak rekor tertinggi disebabkan karena melimpahnya likuiditas tersebut ketimbang ekonomi domestik yang solid.
Reza mengatakan, pelaku pasar menanti beberapa rilis data ekonomi global yang diprediksi positif. Khususnya data retail Jepang dan pertemuan Bank Sentral jepang yang akan membicarakan stimulus. "Selain itu, pelaku pasar memperhatikan data keyakinan konsumer serta angka pengangguran di Prancis dan Jerman."
Dari dalam negeri, sentimen masih cenderung negatif terkait melemahnya beberapa indikator ekonomi dan investor mulai meragukan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Kenaikan harga BBM bersubsidi diragukan apabila diragukan akibat faktor politik dan ancaman inflasi yang meningkat.
Pagi ini, indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia kembali mengalami tekanan jual. Hingga pukul 10.30 WIB, indeks berada pada level 5.105,54.
PDAT | M. AZHAR