TEMPO.CO, Situbondo - Seorang siswi SMA Ibrahimy, Situbondo, Jawa Timur, Nimas Puspita Ningrum, 18 tahun, melaporkan sekolahnya ke Kepolisian Resor Situbondo karena tak meluluskannya.
Sebelum melapor, Nimas bersama ibu kandungnya, Susiyati, didampingi anggota Lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Supriyono, berjalan kaki mengelilingi kota Situbondo.
Mereka berjalan kaki mengelilingi kota sekitar pukul 10.00 WIB. Nimas yang menggunakan masker hijau di wajahnya, membentangkan surat tidak lulus dari sekolahnya. Sedangkan Supriyono membawa sebuah poster bertuliskan: "Dunia Pendidikan Berkabung. Solidaritas untuk Nimas".
Dalam surat yang ditandatangani Kepala SMA Ibrahimy, Sonhaji, tertulis Nimas tidak lulus dengan nilai Ujian Nasional 2,7. Nilai ini dibawah standar nilai rata-rata kelulusan UN 2013 sebesar 5,5.
Nimas bercerita, setelah menerima surat pengumuman yang mengejutkan itu, dia dan keluarganya menemui kepala sekolah. "Kepala sekolah bilang saya tidak lulus karena akhlak buruk," kata dia dihubungi Tempo, Jumat 31 Mei 2013.
Pada akhir Maret 2013, Nimas sempat dikeluarkan dari sekolahnya gara-gara ketahuan menyimpan foto pacarnya sedang bertelanjang dada di ponselnya. Nimas kemudian melaporkan pemecatan dirinya ke Pusat Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (PPT-KKTPA) setempat. Sebab, Nimas dikeluarkan saat akan mengikuti UN.
PPT-KKTPA kemudian memediasi Nimas dengan pihak sekolah. Dia akhirnya bisa mengikuti UN meski mengerjakan ujian seorang diri di kantor PPT-KKTPA. Ibu Nimas, Susiyati, mengatakan dia melaporkan SMA Ibrahimy ke Polres untuk mencari keadilan. "Anak saya masih punya masa depan, dia ingin sukses," kata dia.
Setelah berkeliling kota, Nimas dan ibunya melaporkan SMA Ibrahimy ke Polres Situbondo dengan dugaan telah melakukan diskriminasi.
IKA NINGTYAS
Topik Terhangat:
Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah