Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Renyahnya Es Krim dari Biji Karet

image-gnews
Seorang buruh karet melintas diareal dengan membawa getah hasil sadapan dikawasan perkebunan karet PTPN XII desa Mumbulsari, Jember, Selasa (19/7). Ratusan buruh karet yang menyadap dan mengumpulkan getah karet ini mendapatkan upah harian sebesar 17 ribu hingga 21 ribu. Masa rontok daun pohon karet membuat jumlah produksi karet diperkebunan ini mengalami penurunan. TEMPO/Fully Syafi
Seorang buruh karet melintas diareal dengan membawa getah hasil sadapan dikawasan perkebunan karet PTPN XII desa Mumbulsari, Jember, Selasa (19/7). Ratusan buruh karet yang menyadap dan mengumpulkan getah karet ini mendapatkan upah harian sebesar 17 ribu hingga 21 ribu. Masa rontok daun pohon karet membuat jumlah produksi karet diperkebunan ini mengalami penurunan. TEMPO/Fully Syafi
Iklan

TEMPO.CO, Jember - Kudapan berupa es krim itu diberi nama Mellorine Bika. Saat dicicipi terasa sedikit rasa sepat. Namun tetap nikmat dengan rasa mirip kacang tanah. Warnanya hijau muda dengan teksturnya terasa lembut di mulut. "Itu rasa khasnya dan warna aslinya," kata Rizka Yusraa, salah seorang pembuatnya.

Rasa yang khas itu muncul dari bahan baku yang yang digunakan, yakni biji karet. Nama Bika adalah singkatan dari Biji Karet. Rizka membuatnya bersama empat orang temannya, Ernawati, Frida Maslikhah, Rika Tafrikhah, dan Alfiana.

Lima mahasiswi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember (FTP-Unej) itu menghasilkan es krim rasa baru setelah melakukan riset dan uji coba sejak enam bulan lalu. "Idenya muncul saat kami jalan-jalan di desa dekat kebun karet," ujar Ernawati.

Mereka terusik melihat biji karet berserakan di kebun di desa-desa di wilayah timur Kota Jember. Tak ada yang memanfaatkannya. Bahkan hanya dijadikan mainan anak-anak kampung untuk diadu atau perang-perangan. "Yang dijadikan bibit pun sedikit sekali,” ujar Ernawati.

Dari beberapa bungkus biji karet yang dikumpulkan, kelima mahasiswi itu mulai berdiskusi dan melakukan riset di tempat kos dan di laboratorium kampus. Mereka pun sepakat menyulap biji berwarna coklat loreng-loreng itu menjadi makanan.

Daging biji karet ternyata memiliki kandungan karbohidrat 15,9 persen, protein 27 persen, dan lemak 32,3 persen. Dari temuan itu, pilihan makanan yang akan dibikin adalah mellorine, kudapan lembut dan beku semacam es krim. Namun, lemak susu yang ada diganti dengan lemak nabati. ”Supaya lebih disukai, terutama oleh anak-anak," ucap Alfiana.

Di laboratorium kampus, lima mahasiswi itu berkonsentrasi mengolah benda lonjong sebesar biji salak itu. Tugas pertama dan utama, kata Alfiana, adalah menghilangkan racun dalam biji karet.

Hasil riset menunjukkan, zat Linamarin yang terkandung dalam biji karet adalah racun yang terhidrolisis dan menghasilkan Asam Sianida (HCN) yang sangat berbahaya bila dikonsumsi. Manusia yang keracunan Asam Sianida akan mengalami penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit kepala, bahkan dapat menimbulkan kematian. "Kadar Sianida yang masuk ke tubuh tidak boleh melebihi 1 miligram per kilogram berat badan per hari," kata Alfiana.

Alfiana menjelaskan, melalui proses perendaman dan perebusan ternyata bisa menghilangkan racun Sianida dalam biji karet. Daging biji karet yang sudah dilepas dari cangkangnya direndam dengan air selama 24 jam dan setiap dua jam diganti airnya. Lalu direbus minimal selama dua jam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Proses selanjutnya, daging biji karet digiling hingga halus dan disaring untuk menghasilkan cairan kental yang disebut susu biji karet. Cairan itu yang lantas diolah layaknya membuat es krim.

Menurut Rizka, komposisi Mellorine Bika terdiri dari campuran susu biji karet, air, gula, cairan emulsi, vanili, garam dan kuning telur.

Hampir empat bulan mereka melakukan uji coba hingga menemukan komposisi yang pas. Upaya trial and error itu beberapa kali mengalami kegagalan atau kurang pas. "Mulai dari tekstur yang terlalu kasar, kelebihan unsur campuran tertentu, sampai harus membandingkan dengan bermacam es krim yang di jual di pasaran," ucap Rizka seraya tertawa.

Kerja keras itu bisa menemukan formula yang dianggap pas dan layak dilempar ke pasar. Dalam uji labrotaorium terakhir, setiap 100 gram takaran saji es krim buatan mereka, mengandung energi sebanyak 99,44 kilo kalori, lemak nabati 2,46 gram, protein 1,96 gram, karbohidrat 14,23 gram, kalsium 16,67 gram, fosfor 40,67 gram, dan 18 miligram natrium. "Selain kandungan gizi tinggi itu, es krim ini cocok untuk anak yang alergi pada susu sapi atau lactose intolerance," tutur Rizka pula.

Dalam acara "FTP Fair 2013" yang digelar pekan ini, es krim hasil karya lima mahasiswi tersebut ternyata diserbu banyak pembeli. Es krim dalam mangkok plastik kecil yang dihiasi butiran cokelat dan mieses warna warni dijual dengan harga Rp 3.000. "Kami memang berencana menjualnya ke pasaran,” kata Rizka bersemangat.

Dosen dan peneliti dari FTP Unej Ahmad Nafi mengatakan, hasil kerja keras lima mahasiswinya itu bisa meningkatkan nilai ekonomis biji karet. Apalagi di Jember banyak kebun karet yang dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta perusahaan swasta. "Temuan mereka bisa menjadi produk inovasi pangan yang bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya.

MAHBUB DJUNAIDY


Topik Terhangat:

Tarif Baru KRL
| Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

28 Agustus 2019

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla menghadiri peringatan Hari Konstitusi yang digear di gedung DPR/MPR Senayan, Jakarta, Minggu, 18 Agustus 2019.(dok MPR RI)
JK: Inovasi Itu Bermakna Kalau Bisa Dikomersialkan

JK mengatakan Indonesia masih memiliki banyak sektor yang berpotensi untuk terus dikembangkan.


Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

28 Desember 2017

Pencapaian Sains Sepanjang 2016
Kaleidoskop 2017 Sains: Penemuan Baru dan Produk Digital Terhebat

Penemuan baru sains tahun ini, dari katak yang menyala di kegelapan hingga pembuktian teori Einstein.


Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

28 September 2017

Jokowi Jamin Akan Lindungi KPK
Jokowi Ajak Bisnis Startup Indonesia Buat Inovasi Lokal

Jokowi menghadiri acara yang digelar oleh Bubu.com sebagai wujud kepedulian terhadap bisnis startup digital di Indonesia.


Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

19 September 2017

Pemandangan matahari terbenam di perairan Labuan Bajo, 1 Mei 2017. Labuan Bajo disebut sebagai salah satu dari 10 destinasi pariwisata prioritas yang ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pariwisata. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten

Penemuan Patung Kepala Dongkrak Potensi Wisata Umbul Tirtomulyo di Klaten


Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

15 Agustus 2017

Ilustrasi suplemen minyak ikan. taylorhooton.org
Mahasiswa UI Bikin Pengganti Minyak Ikan dari Limbah Ampas Tahu

Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Depok, mengembangkan Aspergyomega, suplemen pengganti minyak ikan, dari limbah ampas tahu dan onggok.


Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

26 Juni 2017

Dua petugas Direktorat Lalulintas akan menderek mobil Mercedes Benz yang menabrak mobil Innova di jalan Merdeka Barat, Jakarta, (12/8). Kecelakaan terjadi akibat supir mengantuk. TEMPO/Aditia Noviansyah
Mahasiswa Temukan Alakantuk, Alat Untuk Mengurangi Kecelakaan

Tiga mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang, menemukan alat untuk meminimalisasi kecelakaan di jalan raya.


Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

19 Juni 2017

Nelayan menunjukkan tangki penampungan yang berisi hasil tangkapan ikan di sekitar kawasan Teluk Jakarta di pemukiman nelayan Muara Angke, Jakarta, 19 April 2016. Menurut Ahok, kerang ikan di sekitar Muara Angke memiliki kandungan logam berat. TEMPO/Subekti.
Mahasiswa Unair Bikin Alat Penurun Kadar Logam Berat pada Kerang

Lima mahasiswa Universitas Airlangga di Surabaya menemukan inovasi untuk menurunkan kandungan logam berat pada kerang agar aman dikonsumsi.


Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

6 Juni 2017

Ilustrasi toilet umum. shutterstock.com
Mahasiswa UNAIR Temu Pembasmi Bakteri Toilet dari Daun Sirih

Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya membuat pembasmi bakteri toilet dari ekstrak daun sirih.


Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

29 Maret 2017

Ilustrasi air bersih. sndimg.com
Bantu Wilayah Gempa, Unsyiah Ciptakan Pengolah Air Tenaga Surya  

Alat pengolah air tenaga surya buatan Unsyiah ini mengandalkan tiga penyaring.


Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

7 Maret 2017

Instalasi sistem pencahayaan terbaru berbasis LED (Light Emitting Diode) di Monas yang diselanggarakan PT.Philips Indonesia dengan tajuk
Potensi Luar Biasa Lampu LED yang Layak Anda Ketahui

Revolusi kota cerdas memperluas penggunaan lampu jalan LED. Kalangan bisnis dapat memanfaatkannya .