TEMPO.CO, Jember - Kudapan berupa es krim itu diberi nama Mellorine Bika. Saat dicicipi terasa sedikit rasa sepat. Namun tetap nikmat dengan rasa mirip kacang tanah. Warnanya hijau muda dengan teksturnya terasa lembut di mulut. "Itu rasa khasnya dan warna aslinya," kata Rizka Yusraa, salah seorang pembuatnya.
Rasa yang khas itu muncul dari bahan baku yang yang digunakan, yakni biji karet. Nama Bika adalah singkatan dari Biji Karet. Rizka membuatnya bersama empat orang temannya, Ernawati, Frida Maslikhah, Rika Tafrikhah, dan Alfiana.
Lima mahasiswi Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember (FTP-Unej) itu menghasilkan es krim rasa baru setelah melakukan riset dan uji coba sejak enam bulan lalu. "Idenya muncul saat kami jalan-jalan di desa dekat kebun karet," ujar Ernawati.
Mereka terusik melihat biji karet berserakan di kebun di desa-desa di wilayah timur Kota Jember. Tak ada yang memanfaatkannya. Bahkan hanya dijadikan mainan anak-anak kampung untuk diadu atau perang-perangan. "Yang dijadikan bibit pun sedikit sekali,” ujar Ernawati.
Dari beberapa bungkus biji karet yang dikumpulkan, kelima mahasiswi itu mulai berdiskusi dan melakukan riset di tempat kos dan di laboratorium kampus. Mereka pun sepakat menyulap biji berwarna coklat loreng-loreng itu menjadi makanan.
Daging biji karet ternyata memiliki kandungan karbohidrat 15,9 persen, protein 27 persen, dan lemak 32,3 persen. Dari temuan itu, pilihan makanan yang akan dibikin adalah mellorine, kudapan lembut dan beku semacam es krim. Namun, lemak susu yang ada diganti dengan lemak nabati. ”Supaya lebih disukai, terutama oleh anak-anak," ucap Alfiana.
Di laboratorium kampus, lima mahasiswi itu berkonsentrasi mengolah benda lonjong sebesar biji salak itu. Tugas pertama dan utama, kata Alfiana, adalah menghilangkan racun dalam biji karet.
Hasil riset menunjukkan, zat Linamarin yang terkandung dalam biji karet adalah racun yang terhidrolisis dan menghasilkan Asam Sianida (HCN) yang sangat berbahaya bila dikonsumsi. Manusia yang keracunan Asam Sianida akan mengalami penyempitan saluran nafas, mual, muntah, sakit kepala, bahkan dapat menimbulkan kematian. "Kadar Sianida yang masuk ke tubuh tidak boleh melebihi 1 miligram per kilogram berat badan per hari," kata Alfiana.
Alfiana menjelaskan, melalui proses perendaman dan perebusan ternyata bisa menghilangkan racun Sianida dalam biji karet. Daging biji karet yang sudah dilepas dari cangkangnya direndam dengan air selama 24 jam dan setiap dua jam diganti airnya. Lalu direbus minimal selama dua jam.
Proses selanjutnya, daging biji karet digiling hingga halus dan disaring untuk menghasilkan cairan kental yang disebut susu biji karet. Cairan itu yang lantas diolah layaknya membuat es krim.
Menurut Rizka, komposisi Mellorine Bika terdiri dari campuran susu biji karet, air, gula, cairan emulsi, vanili, garam dan kuning telur.
Hampir empat bulan mereka melakukan uji coba hingga menemukan komposisi yang pas. Upaya trial and error itu beberapa kali mengalami kegagalan atau kurang pas. "Mulai dari tekstur yang terlalu kasar, kelebihan unsur campuran tertentu, sampai harus membandingkan dengan bermacam es krim yang di jual di pasaran," ucap Rizka seraya tertawa.
Kerja keras itu bisa menemukan formula yang dianggap pas dan layak dilempar ke pasar. Dalam uji labrotaorium terakhir, setiap 100 gram takaran saji es krim buatan mereka, mengandung energi sebanyak 99,44 kilo kalori, lemak nabati 2,46 gram, protein 1,96 gram, karbohidrat 14,23 gram, kalsium 16,67 gram, fosfor 40,67 gram, dan 18 miligram natrium. "Selain kandungan gizi tinggi itu, es krim ini cocok untuk anak yang alergi pada susu sapi atau lactose intolerance," tutur Rizka pula.
Dalam acara "FTP Fair 2013" yang digelar pekan ini, es krim hasil karya lima mahasiswi tersebut ternyata diserbu banyak pembeli. Es krim dalam mangkok plastik kecil yang dihiasi butiran cokelat dan mieses warna warni dijual dengan harga Rp 3.000. "Kami memang berencana menjualnya ke pasaran,” kata Rizka bersemangat.
Dosen dan peneliti dari FTP Unej Ahmad Nafi mengatakan, hasil kerja keras lima mahasiswinya itu bisa meningkatkan nilai ekonomis biji karet. Apalagi di Jember banyak kebun karet yang dikelola Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta perusahaan swasta. "Temuan mereka bisa menjadi produk inovasi pangan yang bermanfaat bagi masyarakat," ujarnya.
MAHBUB DJUNAIDY
Topik Terhangat:
Tarif Baru KRL | Kisruh Kartu Jakarta Sehat | PKS Vs KPK | Vitalia Sesha | Ahmad Fathanah